Kyai Karim dan Misteri Kutukan Harta Karun Dewi Rengganis

Dipercaya hingga kini, upeti yang terkubur bersama reruntuhan Kerajaan Rengganis di puncak Dewi Rengganis menjadi harta karun yang dikutuk.

oleh Nefri IngeDian Kurniawan diperbarui 17 Apr 2016, 20:33 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2016, 20:33 WIB
Dewi Rengganis
Dewi Rengganis dan kutukan harta karun

Liputan6.com, Surabaya - Legenda Dewi Rengganis menjadi kisah menarik bagi warga maupun para pendaki Gunung Argopuro yang berada di wilayah Desa Baderan, Kabupaten Situbondo dan Desa Bremi, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur (Jatim).

Kerajaan Rengganis yang berada di puncak Dewi Rengganis tidak hanya mengisahkan tentang pertempuran puluhan pangeran yang memperebutkan Dewi Rengganis.

Cerita kecantikan sang Dewi hingga kisah mistisnya pun masih terus melekat dengan Gunung Argopuro. Namun juga mengisahkan cerita harta karun Kerajaan Rengganis yang ikut terkubur saat terjadi keributan besar.

Diungkapkan oleh Arifin, warga Desa Bremi, Kabupaten Probolinggo, Jatim, yang juga bekerja di BKSDA Jatim, saat pertempuran terjadi antar 40 orang pangeran dari berbagai kerajaan di masa Majapahit, upeti yang mereka bawa untuk mempersunting Dewi Rengganis ikut berserakan.

Bahkan, upeti yang paling banyak dibawa adalah uang logam emas yang bisa jadi kini harganya selangit. Dipercaya hingga kini, upeti yang terkubur bersama reruntuhan Kerajaan Rengganis di puncak Dewi Rengganis menjadi harta karun yang dikutuk.

"Harta karun itu seakan menyimpan kutukan bagi yang mengambilnya. Pernah ada warga yang mendapatkan harta karun berupa uang emas lalu dibawa pulang. Setelah itu, hidupnya berantakan, susah dan tidak bahagia," ujar Arifin.

Bahkan, lanjut Arifin, ada salah satu pendaki yang pernah membawa pulang batu dari puncak Rengganis untuk dijadikan batu akik.

Seminggu kemudian, ayah pendaki tersebut membawa kembali batu tersebut keatas puncak Rengganis. Karena setelah pendaki tersebut pulang, dia langsung sakit-sakitan dan tak kunjung sembuh.

"Barulah setelah mengembalikan batu di puncak Rengganis, barulah pendaki tersebut sembuh langsung," tutur Arifin.

Oleh karena itu, para warga baik Desa Baderan, Desa Bremi maupun pendatang tidak berani menyentuh dan mengambil harta karun saat ditemukan. Mereka lebih memilih membiarkan harta karun tersebut menjadi bagian dari sejarah Kerajaan Rengganis.

Selain harta karun yang dikutuk menjadi kepercayaan para warga setempat, banyak juga arca-arca peninggalan Kerajaan Rengganis yang masih tersisa. Bahkan, ada arca yang saat dipindahkan ke tempat lain, tiba-tiba arca tersebut pindah sendiri ketempatnya semula.

Namun ada saja warga berani mengambil arca tersebut dan dijual ke pengepul. Kini, hanya bersisa puing-puing bangunannya saja di puncak Rengganis dan di beberapa kawasan yang jarang terjamah pendaki.

Dulu kakek buyut Arifin bernama Kyai H Abdul Karim pernah bertapa di Puncak Argopuro. Beliau sering didatangi oleh sosok Dewi Rengganis. Konon jika si pendaki ini memiliki jiwa bersih, maka bisa juga melihat tempat salat dan tongkat beliau di atas gunung, serta kuburan di Taman Hidup.

"Saya pernah sekali melihatnya tahun 2007, setelah itu tidak pernah terlihat lagi sampai sekarang," papar Arifin.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya