Liputan6.com, Manado - Julian Philip, salah seorang ABK Brahma 12 yang sempat disandera kelompok Abu Sayyaf selama 36 hari tiba di Manado, siang tadi. Kedatangannya ditemani sang istri, Vemmy Wowor dan putranya Mark Philip.
Dalam kesempatan itu, ia sempat menceritakan pengalamannya saat ditawan Abu Sayyaf. Salah satu yang dikenangnya adalah saat ia diajari dan ikut salat bersama tujuh ABK lainnya yang beragama Islam. Padahal, ia sendiri beragama Kristen.
"Yang kita tahu, Abu Sayyaf ini kelompok Islam garis keras. Bahkan dari cerita-cerita, mereka tidak segan memenggal sandera yang non-Muslim. Kami bertiga yakni saya, kapten kapal Peter Barahama dan Alfian Repi ketakutan mendengar ini," tutur Julian saat tiba di Bandara Sam Ratulangi Manado, Rabu (4/5/2016).
Mengantisipasi berbagai kemungkinan buruk yang terjadi, kata Julian, Peter selaku kapten kapal Brahma 12 dan pimpinan mereka mengambil sikap. "Kapten minta tujuh ABK yang beragama Islam mengajari kami tata cara sholat, termasuk membaca ayat-ayat suci," ujar Julian.
Dalam kurun waktu 36 hari ini, lanjut Julian, dia bersama Peter dan Alfian juga ikut salat bersama tujuh ABK lainnya. "Yah, saya percaya Tuhan yang sama. Cara beribadah kita saja yang berbeda. Kali ini saya beribadah dengan kawan-kawan saya yang Muslim," ujar Julian sambil menggendong Mark.
Baca Juga
Apa yang dilakukan Julian dan teman-temannya itu mampu membantu mereka dalam masa penyanderaan itu. "Kami tidak pernah mendapat perlakuan kasar. Hanya memang soal makanan yang tidak memadai," ujar dia.
Julian mengatakan, selama lebih dari sebulan dalam masa tawanan itu, sedikitnya delapan kami mereka berpindah-pindah tempat. Mereka berpindah-pindah di dalam hutan hingga menyeberang laut. Tapi, ia mengaku tidak mengenali lokasi itu.
Julian menyebut proses pembebasan mereka tergolong cepat dan tidak terduga. Ia mengaku dibawa naik perahu hingga menepi ke daratan. Saat tiba, mereka disuruh naik mobil yang sudah menunggu.
"Instruksinya saat melewati pompa bensin, kami langsung turun dan berjalan kami menuju rumah Gubernur Sulu. Tidak ada Abu Sayyaf, yang ada hanya sopir dan seorang pemandu," ujar Julian.
Meski begitu, pemandu itu justru mempersilakan mereka mencari sendiri rumah gubernur yang dimaksud. Pada Minggu, 1 Mei 2016, Julian dan sembilan rekannya akhirnya tiba dan dijamu di rumah Gubernur Sulu. Setelah itu, mereka menjalani tes kesehatan, sebelum akhirnya dipulangkan ke Indonesia melalui penerbangan Zamboanga – Balikpapan – Jakarta.