Liputan6.com, Banyuasin - Ike Susesta Adelia, pendaki yang tewas tenggelam di pemandian air panas Kalak, kawasan air terjun Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat, ternyata memang dijadwalkan pulang dari liburan ke Palembang, Sumatera Selatan pada Rabu pagi tadi.
Kepulangan perempuan berusia 24 tahun itu ke Palembang, memang sesuai jadwal. Namun pulangnya Ike ke rumahnya di Komplek Mega Asri 1 Blok K, Kilometer 12, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, dalam kondisi tak bernyawa.
‎"Dia memang jadwalnya pulang Rabu pagi ini. Sabtu (14 Mei 2016) nanti baru berangkat lagi ke Lubuk Linggau untuk kembali dinas kerja lusanya," ucap sang ibunda, Elya Rosalin (54) kepada Liputan6.com, Rabu (11/5/2016).
Baca Juga
Ike mengajukan cuti kerja ke kantornya di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) cabang Lubuk Linggau, Sumsel, selama seminggu. Jadwal cutinya tersebut dimanfaatkan Ike untuk menambah waktu liburan dan beristirahat di rumah.
Sebelum berangkat ke Lombok, sang ibu bahkan membantu Ike berkemas kebutuhan peralatan pendakian, seperti sleeping bag, jaket hujan, tongkat mendaki, dan sepatu gunung.
"‎Memang cita-citanya naik gunung. Semuanya masuk di koper, saya yang bantu siapkan kebutuhannya. Peralatan gunungnya pun baru dibelinya, semuanya baru," ujar dia.
Selama kerja di KPP Lubuk Linggau selama dua tahun terakhir, Ike hanya pulang ke rumahnya selama dua minggu hingga sebulan sekali. Namun, satu bulan terakhir, setiap minggu Ike selalu pulang ke rumah orangtuanya‎.
Alumus Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya (Unsri) angkatan 2012 ini juga sudah membeli tiket kereta api (KA) pulang pergi Lubuk Linggau-Palembang untuk Lebaran nanti.
Belum Pernah Naik Gunung
Ike Susesta Adelia (25) yang tewas di pemandian air panas Kalak, Gunung Rinjani ternyata baru pertama kali menjajali kegiatan mendaki gunung.
Mendaki Gunung Rinjani‎ dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu memang menjadi cita-cita karyawan KPP Pratama Lubuk Linggau, Sumsel ini. Bahkan keinginannya ini sudah terpendam sejak duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA).
"‎Ike belum pernah naik gunung, ‎tapi sejak SMA dia selalu ada keinginan untuk naik Gunung Rinjani. Saat kuliah juga tidak terlaksana, jadi pas dia kerja sekarang dan ambil cuti panjang, dia bersama teman-teman berlibur ke Lombok dan naik Gunung Rinjani," ujar Yusdi Herli (57), ayah korban kepada Liputan6.com saat ditemui di rumah duka, Banyuasin, Sumsel, Rabu.
Alumnus Fakultas Ekonomi Unsri ini ternyata hanya bercerita tentang niatnya mendaki Gunung Rinjani kepada sang ibunda, Elya Rosalin (54) dan tantenya saja. Sedangkan ayahnya tidak mengetahui niat anaknya untuk menjajali Gunung Rinjani ini.
Jika anaknya berpamitan dengan dengan s‎ang ayah untuk mendaki gunung, lanjut Yusdi, dirinya tidak akan memberikan izin Ike untuk mendaki gunung tersebut bersama teman-temannya.
Terlebih saat ayahnya mengantarkan Ike berangkat ke Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) I Palembang, ada kalimat Ike yang memang aneh terdengar saat berpamitan.
"Izinkan aku pi, katanya sampai tiga kali dia pamitan. Saya jawab, bicara apa sih. Tapi saya tidak punya firasat buruk. Padahal saya menyarankan dia berangkat ke Denpasar saja, tapi dia tetap ingin ke Lombok," ujar Yusdi.
Ike berangkat ke Lombok pada Kamis 4 Mei 2016. Rencananya, ia akan pulang ke Palembang pada Rabu pagi 11 Mei 2016. Anak kedua dari dua bersaudara ini memang sudah merencanakan keberangkatan ke Lombok, bersama 25 rekannya di berbagai cabang kantor pajak se-Indonesia.
Mandi Saat Magrib
Selama mendaki gunung, Ike bersama 25 orang lainnya ‎sukses mencapai puncak Gunung Rinjani pada Minggu 8 Mei 2016. Selanjutnya, rombongan pendaki turun ke Danau Segara Anak dan membuka tenda di kawasan itu.
Ike dan keempat teman wanitanya memilih mandi dan membersihkan diri di pemandian air panas Kalak di kawasan air terjun Gunung Rinjani pada waktu magrib, sekitar pukul 18.00 Wita.
Saat mereka berlima kolam pemandian ter‎sebut, tiba-tiba tubuh mereka tersedot ke dalam air pemandian. Keempat temannya berhasil selamat dengan naik ke daratan. Saat mereka berusaha menarik tangan Ike untuk naik, tiba-tiba tubuh Ike langsung terseret ke dalam air dan menghilang di dalam aliran air terjun itu.
"Padahal airnya hanya sepinggang saja, tidak terlalu dalam. Tapi mereka seperti tersedot pusaran air. Saya tanya ke teman-temannya, kenapa dibiarkan saja anak saya mandi saat magrib. Tapi mereka meminta maaf, mereka juga tak menyangka akan seperti ini," ucap Yusdi.
Setelah hilang, teman-teman Ike langsung melaporkan kejadian ini kepada tim SAR Mataram dan pendaki lainnya untuk membantu mencari korban. Namun pada Senin 9 Mei 2016, tiba-tiba tubuh Ike sudah muncul ke permukaan kolam air terjun dengan kondisi tak bernyawa.
Pada Senin malam, orangtua Adelin, teman Ike yang tinggal di Palembang mendatangi rumah korban untuk memberitahu kabar duka tersebut.
"Ayah Adelin datang ke rumah malam-malam. Saya dan istri sudah punya firasat buruk. Waktu kami tanyakan, mereka hanya diam saja. Saat saya bilang, apakah sudah meninggal, baru mereka cerita tentang Ike," tutur ayahanda Ike yang tewas di Gunung Rinjani tersebut.
Advertisement