Liputan6.com, Yogyakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan meminta ada pihak yang berani bertanggung jawab terkait ratusan siswa jurusan IPA atau eksakta SMAN 3 Semarang yang tidak lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Ketidaklulusan itu diduga ada kesalahan memasukkan data dalam sistem SKS.
"Saya minta jangan cuci tangan, nanti malu, harus ada yang bilang bertanggungjawab terhadap hal ini. Lebih baik terbuka dan berani menjelaskan" ujar Anies, Kamis (12/5/2016).
Dia mengatakan kementerian sudah melakukan audit terhadap seluruh SMA yang menggunakan sistem Sistem Kredit Semester (SKS) dan hanya SMAN 3 Semarang yang bermasalah. Di Indonesia, terdapat 50 SMA yang menggunakan sistem SKS dan di Jawa Tengah ada 7 SMA.
"Harusnya yang dicek cara sekolah memasukkan datanya, harus lengkap sehingga tidak merugikan anak-anak," tutur Anies.
Baca Juga
Menanggapi pihak sekolah yang merasa benar, ia menegaskan perlu dilakukan pengecekan ulang, karena persoalan salah atau benar harus dipastikan lebih dulu datanya sudah sesuai atau belum.
"Untuk SMAN 3 Semarang, biar nanti diaudit lagi oleh Dinas Pendidikan setempat. Saya berharap pihak terkait dapat bersikap bijak dengan mengakui kesalahannya," kata Anies.
Peristiwa tersebut mengejutkan siswa maupun para orangtua. Sekolah negeri itu termasuk unggulan di Semarang karena rata-rata siswa memiliki kualitas akademik yang baik.
Atas hasil tersebut, para siswa mengajukan protes dengan mengenakan pita hitam di lengan kiri dalam acara wisuda di Hotel Horison pada Selasa, 10 Mei 2016.
Agus Susilo, orangtua siswa SMAN 3 Semarang, menuding kebijakan sekolah mengambil program pendidikan dengan sistem kredit semester (SKS) menyebabkan tidak adanya siswa jurusan IPA yang lulus dalam seleksi SNMPTN.
Kecurigaan muncul lantaran belum terkoneksinya SKS yang diterapkan kelas IPA di SMAN 3 Semarang dengan program seleksi SNMPTN.