Liputan6.com, Semarang - Pembongkaran Kampung Kebonharjo di area pembangunan rel kereta api Stasiun Tawang, Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, terus dilakukan. Meskipun saat itu ada warga yang meninggal dunia dan penghuni sedang takziah.
Warga sempat meminta 'gencatan senjata' agar bisa memberi penghormatan kepada jenazah. Namun polisi yang bertugas atas permintaan PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) tetap merangsek.
Korban meninggal bernama Jamian. Peristiwa bermula saat laki-laki kelahiran 1967 itu sedang berorasi. Ia menolak penggusuran karena mengantongi Sertifikat Hak Milik yang dikeluarkan Badan Pertanahan Nasional.
Menurut Giyo, salah satu warga, saat berorasi itu tiba-tiba Jamian melihat alat berat bergerak menuju ke rumahnya. Ia langsung menghentikan orasinya.
"Cuma bilang, 'Aduh dadaku sakit.' Kemudian Jamian terjatuh," ucap Giyo kepada Liputan6.com di Semarang, Kamis (19/5/2016).
Baca Juga
Warga Ronggowarsito, RI 01 RW 10, Kebonharjo, itu langsung dievakuasi dan dibawa ke RS Panti Wilasa. Namun belum sempat dirawat, Jamian sudah meninggal dunia.
"Pak Mian (panggilan Jamian) meninggal karena kaget, terus jantungnya kumat melihat personel yang gusur rumahnya," tutur Giyo.
Ketika jenazah Jamian dibawa ke rumah untuk mendapatkan penghormatan terakhir, ternyata saat itu tengah terjadi 'perang' antara warga Kampung Kebonharjo melawan polisi. Warga membalas tembakan gas air mata polisi dengan lemparan batu.
Baca Juga
"Pak, tolong hentikan sejenak. Biarkan kami melayat Pak Mian. Biarkan kami memberi penghormatan terakhir," teriak salah satu warga.
Advertisement
Rupanya teriakan itu tak terdengar, sehingga polisi terus merangsek menjaga alat berat yang bertugas meratakan bangunan.
Warga mencoba melawan, sehingga terjadi saling dorong. Di tengah kekacauan itu, petugas menembakkan gas air mata, membubarkan warga yang gigih melakukan perlawanan.
Sementara itu Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi sebelumnya sudah meminta agar PT KAI tidak memperalat polisi untuk benturan dengan warga. Hendi berharap PT KAI memaksimalkan mekanisme hukum yang ada, apalagi ada warga yang sudah mengantongi sertifikat hak milik.
Hendi langsung ke Kampung Kebonharjo begitu tiba di Kota Semarang. Wali Kota langsung menuju ke rumah Jamian. Bukan sekadar melayat, namun ia juga ikut menyalati jenazah Jamian.
Sesaat sebelum salat, Hendi mengaku heran, tidak ada sedikit pun rasa hormat pada ritual penghormatan orang meninggal. Sebab saat itu masih hiruk-pikuk, bahkan sesekali terdengar ledakan gas air mata.
Proses perobohan rumah warga tetap berlangsung. Hendi langsung menegur petugas dari PT KAI.
"Apa-apaan ini. Masih ada salat jenazah kok tetap berisik merobohkan bangunan, mbok menghormati warga yang meninggal," kata Hendi yang jarang marah.
Meski Wali Kota Semarang sudah hadir dan sebelumnya sudah disepakati akan mengutamakan proses damai, pembongkaran bangunan warga Kampung Kebonharjo masih berlangsung.