Lewat Jalur Selatan Jangan Lupa Soto Sokaraja

Soto Sokaraja jadi klangenan pemudik dan jadi andalan pengganjal perut di jalur selatan.

oleh Aris Andrianto diperbarui 10 Jul 2016, 19:05 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2016, 19:05 WIB
Soto Sokaraja
Soto Sokaraja andalan jalur selatan

Liputan6.com, Purwokerto – Perjalanan panjang arus mudik atau arus balik berikut kemacetannya tentu membuat perut menjadi lebih cepat lapar. Jika melintasi jalur selatan, ada makanan pengganjal perut khas, Soto Sokaraja.

Pemudik asal Jakarta, Kukuh Sukmana, misalnya, terlihat sabar menunggu antrean panjang pembeli di Warung Soto Sutri yang belakangan kondang di media sosial. "Di Twitter sering disebut kalau Soto Sutri itu enak banget," ujar Kukuh, saat ditemui di Sokaraja, Banyumas, Minggu (10/7/2016).

Sebelum kembali ke Jakarta setelah mudik ke Purwokerto, ia ingin mencicipi soto khas Sokaraja yang terkenal dengan saus kacangnya itu. Selain Soto Sutri, soto Sokaraja lainnya yang banyak diburu yakni Soto Lama, Soto Kecik, dan Soto Jalan Bank.

Dari pantauan Liputan6.com, pemudik yang hendak menuju Yogyakarta dari arah Jakarta maupun sebaliknya banyak yang berhenti sejenak untuk menyantap soto. Jalan sepanjang dua kilometer yang dipenuhi warung soto dan getuk goreng itu mengalami kemacetan.

Pemudik memilih untuk berhenti sejenak sambil beristirahat. Kebetulan, Sokaraja letaknya di tengah-tengah jalur mudik baik dari Jakarta maupun Yogyakarta.

Ahmad Ambi Satrio Purnomo, pengelola Soto Sutri, mengatakan saat musim Lebaran pembeli meningkat hingga empat kali lipat dibanding hari biasa. "Biasanya hanya 300 mangkuk, ini bisa 1.200 an mangkuk terjual," kata dia.

Ia mengatakan soto Sokaraja memang selalu dijadikan klangenan bagi pemudik saat Lebaran. Bersama keluarga, mereka mencicipi soto yang berbeda dengan soto dari daerah lain ini.

Selain menggunakan selai kacang yang cenderung manis, kata dia, kaldu sapi sengaja dibuat dari daging sapi pilihan agar tak mengeluarkan lemak. "Kami tidak menggunakan jeroan saat membuat kaldu," ujar Ahmad.

Ia mulai membuka warungnya pada pukul 08.30. Biasanya, soto akan habis pada tengah hari karena pelanggannya yang banyak itu.

Ahmad mengatakan, saat hari biasa ia membuat 300 mangkuk soto. Jumlah itu menghabiskan sekitar 70 kilogram daging sapi kualitas terbaik. Saat Lebaran jumlahnya meningkat menjadi 300 kilogram daging sapi.

Bumbu yang digunakan pun cukup beragam. Terutama bawang, kemiri, jahe, kunyit dan merica.

Ahmad sendiri merupakan generasi ketiga pengelola Soto Sutri ini. Neneknya, Partiyem mulai berjualan soto sejak 1984. Ia memberi nama sotonya dengan nama anaknya, Sutri.

Selain dari Banyumas, pelanggan Soto Sutri juga dari luar kota. Sejumlah artis juga pernah datang ke warung itu.

Ahmad mengatakan, Soto Sutri seperti halnya Soto Sokaraja yang lain merupakan soto dengan ketupat putih sebagai pengganti nasi, dan dengan ciri khas saus kacang. Saus kacang ini sebenarnya adalah sambal, tetapi biasanya tidak terlalu pedas.

Bisa dikatakan saus kacang adalah esensi dan pembeda soto Sokaraja dibandingkan soto dari daerah lain, di samping penggunaan ketupat.

3 Kata Kunci Sotyo Bancar

Jika di Purwokerto ada Soto Sokaraja, maka di Purbalingga soto yang terkenal adalah Soto Bancar. Soto Bancar asli Purbalingga mengadopsi lidah Banyumasan yang menyukai rasa manis.

"Bedanya dengan soto lainnya, soto Bancar menggunakan bumbu kacang untuk menambah gurih kaldunya," kata Wartini, 52 tahun, istri Haji Misdar, yang mendirikan warung soto dengan menggunakan namanya sendiri.
 
Warung soto ini terletak di Jalan Ahmadi Purbalingga. Letaknya persis di depan Pengadilan Negeri Purbalingga, sehingga masyarakat setempat menyebutnya soto depan pengadilan.
 
Soto ini cocok untuk mereka yang lapar. Betapa tidak, satu mangkuk hampir terisi penuh. Soto ini tidak menggunakan lontong atau nasi, tapi ketupat. Selain daging ayam, pilihan lainnya bisa menggunakan daging sapi dan jeroan ayam. Pembeli bahkan bisa memesan daging campuran sesuai dengan selera.

Soto Sokaraja jadi andalan di jalur selatan (Liputan6.com / Aris Andrianto)

Tak hanya daging, soto ini juga menggunakan wortel rebus, daun bawang, tauge, serta bawang merah goreng. Sebagai bumbu khasnya, tak lupa dicampurkan dengan bumbu kacang yang merupakan kekhasan soto-soto di daerah Banyumas raya seperti Soto Sokaraja dan lainnya.

"Kacang kami tumbuk dengan alat tradisional agar rasanya bisa terjaga," ujar Wartini.
 
Bagi penggemar rasa manis, soto ini cocok bagi lidah. Selain itu, dengan porsi yang cukup besar, soto Bancar juga pas untuk mereka yang sedang lapar.
 
Haji Misdar mengatakan, soto ini merupakan resep turun temurun dari keluarganya. "Kakek saya sudah menjual soto ini sejak zaman Jepang," kata dia.
 
Ia mengaku warungnya sudah lima kali berpindah tempat. Tempat saat ini disebutnya sebagai yang terakhir.
 
Warungnya dibuka pukul 07.00 hingga 19.00. Setiap hari, ia menghabiskan 30 kilogram daging sapidan 50 kilogram daging ayam.
 
Dengan harga hanya Rp 13 ribu satu porsi, soto ini banyak digemari tak hanya oleh orang Purbalingga. "Banyak artis yang ke sini, tapi saya tak hapal satu per satu," ujar dia.
 
Menurut dia, soto Bancar mewakili tiga kata kunci, yakni, kenyang, gurih dan empuk.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya