Sultan HB X: Tidak Ada Tempat bagi Separatis di Yogyakarta

Ia meminta agar warga Yogya menjauhi ide-ide dan pemikiran separatis

oleh Yanuar HSwitzy Sabandar diperbarui 21 Jul 2016, 09:01 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2016, 09:01 WIB
20160715-Polisi Bubarkan Unjuk Rasa Demonstran Papua di Yogyakarta-Jogja
Pasukan Brimob Polda DIY mengamankan sejumlah warga Papua yang melakukan demonstrasi di depan Asrama Mahasiswa Papua di Yogyakarta, Jumat (15/7). Mereka menggelar aksi menuntut kemerdekaan Papua. (Liputan6.com/Boy Harjanto)

Liputan6.com, Yogyakarta - Aksi mahasiswa Papua yang menyuarakan Papua merdeka di Asrama Papua di Jalan Kusumanegara, Yogyakarta, mendapatkan kecaman keras dari Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X. Sultan secara tegas melarang kegiatan berbau separatisme di wilayahnya. Termasuk soal aksi mahasiswa Papua yang menginginkan Papua merdeka.

"Yogjakarta untuk Indonesia. Saya tidak mau Yogya digunakan untuk aspirasi lain. Masyarakat Jogja mengatakan, Yogya untuk Indonesia," ujar Sultan di Kepatihan, Rabu (20/7/2016).

Sultan mengatakan pihaknya sebagai pembina wilayah melihat aksi itu juga dilakukan tidak hanya di wilayah Yogyakarta. Menurut dia, aksi yang berbau separatisme harus menjadi perhatian semua pihak.

"Kita sepakat saya pembina wilayah dan Forkompimda (Forum Komunikasi Pimpinan Daerah) pembina teritorial. Itu juga tidak ada, di sini saja apa itu maunya. Kan, didatangkan dari daerah lain," kata dia.

Ia meminta agar warga Jogja menjauhi ide-ide dan pemikiran separatis. Menurut Sultan, aspirasi yang dilontarkan sebagian mahasiswa Papua di Yogyakarta merupakan aspirasi berulang dan diucapkan setiap tahun dalam rangka memperingati gerakan Papua Merdeka.

"Yogya sudah final jadi republik, saya minta teman sebangsa, saudara, jangan punya aspirasi separatis," kata dia.  

Sultan meminta agar masyarakat tidak mempercayai isu di media sosial yang menyebut bahwa Yogya tidak aman pasca-aksi mahasiswa Papua tersebut. "Yang namanya isu jangan dianggap fakta," tutur dia.

Sultan pun berharap pemberitaan tentang aksi para mahasiswa Papua itu tidak dibesar-besarkan. Sebab ditakutkan pemberitaan dapat di belokkan untuk tujuan tertentu.

"Kalau (mahasiswa Papua) dipukuli buktinya apa. Kalau ada fotonya masalah lain. Saya takutnya by design, karena yang muncul di media online pakai koteka, kan bukan gambar di situ. Jangan diperpanjang lah, demokrasi itu pilihan bukan tujuan. Demokrasi itu menerjang nasionalisme maka propinsi merdeka sendiri-sendiri," Sultan menadaskan.

Terkait rencana DPRD Papua yang akan menemui Sultan, ia mengaku akan menerimanya dengan tangan terbuka. "Silakan saja kalau mau bertemu saya. Tetapi, saya belum menerima suratnya,'' kata dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya