Kudeta Turki, Bagaimana Nasib 400 Mahasiswa Bandung?

Para mahasiswa lulusan Pribadi Bilingual Boarding School Bandung itu terpaksa menanggung biaya pendidikan mereka sendiri.

oleh Arya Prakasa diperbarui 01 Agu 2016, 16:33 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2016, 16:33 WIB
Pribadi Bilingual Boarding School Bandung
Di tengah tudingan terkait organisasi Fethullah Gulen yang dilarang pemerintah Turki, siswa Pribadi Bilingual Boarding School Bandung tetap tekun belajar. (Liputan6.com/Aditya Prakasa)

Liputan6.com, Bandung - Pribadi Bilingual Boarding School Bandung membantah adanya keterkaitan dengan organisasi Fethullah Gulen. Bahkan, para orangtua siswa tidak merasa khawatir dengan pemberitaan pemerintah Turki meminta Pribadi Bilingual Boarding School di Indonesia dibubarkan.

Sebelumnya, pemerintah Turki menyatakan Fethullah Gulen adalah aktor intelektual peristiwa kudeta. Semua kegiatan yang berkaitan dengan pemahaman Gulen di semua sekolah pun telah dibubarkan oleh pemerintahan Presiden Recep Tayyep Erdogan.

Pemerintah Turki kemudian merilis nama-nama sekolah pribadi di Indonesia yang harus dibubarkan, termasuk di Bandung. Mereka menduga adanya keterkaitan ajaran Fethullah Gulen.

Salah satu orang siswa Pribadi Bilingual School Devi Kusrini mengatakan, anaknya saat ini masih tetap sekolah normal seperti biasanya. Dia pun sebelumnya sempat menanyakan kepada pihak sekolah mengenai adanya rilis dari pemerintah Turki tersebut.

"Saya sempat menanyakan, tapi ternyata tidak apa-apa dan semuanya berjalan normal. Anak saya juga masih tetap semangat untuk belajar di sekolah," ucap Devi di Pribadi Bilingual School, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (1/8/2016).

Di tempat yang sama, Ketua Pembina Yayasan Pribadi Bilingual School Husein Adiwisastra mengaku bersyukur pemerintah Indonesia tidak menuruti permintaan Turki.

"Kita bersyukur permintaan pemerintah Turki dari (melalui) Menteri Luar Negeri untuk Indonesia itu tidak dituruti oleh pemerintah Indonesia. Bahkan sekarang pemerintah Indonesia menjamin dan menjaga Sekolah Pribadi yang ada di Indonesia tetap berjalan," dia menjelaskan.

Husein menjelaskan pula, pada awalnya pemerintah Indonesia menjalin kerja sama dengan Non Goverment Organisation (NGO) Turki, yaitu Pasiad dalam hal pendidikan. Pada 1 November 2015 lalu, lanjut dia, kerja sama antara Yayasan Pribadi School dengan Pasiad telah berakhir.

"Ini sebelum terjadi kudeta sudah disampaikan kepada pemerintah Indonesia lewat Menteri Luar Negeri Turki sebelumnya, dan Alhamdulillah tidak ditanggapi. Karena kita tidak mungkin mengajarkan kekerasan apalagi terorisme, kita mengajarkan nasionalisme dan budi pekerti kepada siswa," tutur Husen.

Dia menyebutkan, sekitar 400 mahasiswa lulusan Pribadi Bilingual School telah mendapatkan beasiswa dari Pasiad untuk melanjutkan pendidikan di Turki. Namun lantaran Pasiad telah dibubarkan, para mahasiwa itu terpaksa menanggung biaya pendidikan sendiri.

"Lulusan dari Sekolah Pribadi ada sekitar 400 orang. Dan yang bulan lalu ditangkap itu bukan dari Bandung, tapi dari Sekolah Pribadi di Semarang. Karena Pasiad sudah dibubarkan, mereka tetap melanjutkan tapi dengan biaya sendiri," ujar Ketua Pembina Yayasan Pribadi Bilingual School tersebut.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya