Tambang Batu Bara Gusur Sawah di Kalimantan

Para petani mengaku tidak pernah menjual lahan sawah mereka dan masih memegang surat yang asli.

oleh Abelda RN diperbarui 03 Agu 2016, 22:20 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2016, 22:20 WIB
sawah samarinda
(Abelda Gunawan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Balikpapan - Gara-gara tambang batu bara, sawah di Samarinda, Kalimantan Timur hampir musnah. Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kalimantan Timur menyatakan, eksploitasi tambang batu bara sudah menghabisi sawah di daerah itu.

Seperti yang dialami Kelompok Tani Padaello Samarinda di mana 40 hektare sawahnya yang diduga diserobot perusahaan tambang.

"Petani di Samarinda sudah tidak memiliki sawah untuk digarap lagi," kata Penggiat Jatam Kaltim, Ahmad Saini di Balikpapan, Kaltim, Rabu (3/8/2016).

(Abelda Gunawan/Liputan6.com)

Ahmad mengatakan, perusahaan tambang di Samarinda serampangan dalam perluasan lokasi eksploitasi. Mereka terkadang dikabarkan mengintimidasi petani agar menyerahkan tanah garapannya untuk dijadikan lokasi tambang.

"Kelompok Tani Padaello tidak bisa melakukan aktivitas apa-apa, ada pendudukan lahan oleh perusahaan. Ada ormas yang menjaga, mereka bahkan mendirikan posko," tutur dia.

Pihak perusahaan, kata dia, menggunakan jasa ormas untuk menduduki lahan milik para petani. Pondok-pondok petani dijarah, mesin-mesin perontok padi milik petani hilang. Tanaman mereka juga telah rusak.

Perusahaan menduduki lahan milik petani dengan alasan telah membebaskannya. Padahal, sambung Ahmad, para petani Samarinda mengaku tidak pernah menjual lahan mereka dan masih memegang surat yang asli.

"Petani masih pegang surat asli sejak tahun 1981. Jadi petani tetap ingin lahan mereka untuk bercocok tanam," ucap Ahmad.

Dia mengaku telah melaporkan kasus tersebut ke Polda Kalimantan Timur. Para petani menuntut agar lahan mereka dikembalikan. Mereka juga menolak lahan mereka untuk aktivitas tambang.

"Mereka berharap, ada proses hukum yang dilakukan pihak kepolisian. Karena jika tidak, mereka khawatir akan terjadi bentrokan," ujar Ahmad.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya