Liputan6.com, Bengkulu - Aura Ibu Negara pertama RI Fatmawati Sukarno masih kuat hingga kini. Meskipun Fatmawati telah meninggal dunia pada 14 Mei 1980, namun kehadirannya masih terasa di kediamannya di Kelurahan Penurunan Kota Bengkulu.
Seperti yang dirasakan istri Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti, Lili Martiani. Saat itu Lili hendak menyentuh mesin jahit Fatmawati yang digunakan untuk menjahit Sang Saka Merah Putih. Dia tengah mencoba menjahit bendera merah putih dalam rangkaian acara HUT Kemerdekaan RI di kediaman sang Ibu Negara.
"Sangat sakral, saya sampai merinding, aura yang terasa, Ibu Fatmawati seperti terlahir kembali dan hadir di sini menjelang peringatan Proklamasi," ucap Lili di Bengkulu, Selasa (16/8/2016).
Lili sangat menyayangkan kondisi kediaman Fatmawati yang saat ini sangat mengkhawatirkan. Beberapa bagian plafon rumah terkelupas, cat dinding pun sudah luntur. Sementara toilet tidak terurus.
"Rumah ini dikelola oleh Yayasan Fatmawati, kita sangat prihatin, harus ada terobosan untuk membuat rumah ini layak untuk dikunjungi sebagai simbol kebangsaan, kami akan dorong supaya ada kucuran anggaran, kasihan sekali, dia itu ibu negara dan kebanggaan Bengkulu," lanjut Lili.
Anggota DPD Dapil Bengkulu Ahmad Kanedi menyatakan pihaknya akan mengupayakan melalui pemerintah pusat agar ada upaya untuk menjadikan kediaman Fatmawati sebagai salah satu situs warisan milik bangsa. Saat ini, pemerintah pusat memang belum bisa berbuat banyak, karena status lahan rumah itu milik Pemerintah Provinsi Bengkulu dan pengelolaannya diurus oleh keluarga besar Fatmawati di Bengkulu.
"Kita akan dorong pemerintah pusat untuk lebih memperhatikan ini," ucap Kanedi.