Liputan6.com, Puncak Jaya - Distrik Tingginambut di Kabupaten Puncak Jaya, menjadi zona merah yang dikenal dengan sejumlah kasus penembakan dan kekerasan bagi anggota TNI dan Polri, bahkan warga setempat. Aksi kekerasan ini diduga dilakukan Organisasi Papua Merdeka (OPM) kelompok Goliat Tabuni.
Tingginambut terletak di ketinggian sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut. Untuk menuju ke Tingginambut, dapat dilalui dengan jalan darat dengan menggunakan roda dua atau roda empat. Jarak tempuhnya hanya 30 menit dari Mulia, ibu kota Kabupaten Puncak Jaya.
Pemkab Puncak Jaya terus berusaha membuka keterisolasian di daerah pegunungan ini. Selama ini, Distrik Tingginambut hampir tak ada aktivitas perekonomian warga dan juga pendidikan bagi anak sekolah di daerah itu. Sejak 2004-2011, Tingginambut dikuasai oleh kelompok Goliat.
Advertisement
Baca Juga
Bupati Puncak Jaya, Henock Ibo mengaku sangat sulit membuka keterisolasian daerah ini. Beberapa kali pemkab membangun infrastruktur, gedung sekolah ataupun fasilitas lainnya, selalu dirusak bahkan dibakar oleh kelompok Goliat.
Data Pemkab Puncak Jaya menyebutkan, hingga 2012 ada sekitar 112 personel TNI/Polri, ataupun tukang ojek bahkan masyarakat setempat yang tewas akibat penembakan dan kekerasan yang diduga dilakukan kelompok Goliat.
"Mulai tahun 2012, kami tak lelah terus membangun bersama TNI/Polri dan satuan terkait. Saya ingat benar, saat itu Dandim 1714/PJ, Pak Joe Sembiring dan teman-teman lain terus membuat semangat saya dan juga seluruh SKPD untuk tak mudah menyerah. Harus ada perubahan, apa saja harus kita lakukan," ucap Henock, sambil mengingat kata-kata yang sering dilontarkan Joe kepada dirinya, Selasa 16 Agustus 2016.
Pada 2014-2015, pihaknya menggelontorkan dana APBD sebanyak Rp 75 miliar untuk pembangunan jalan Mulia-Tingginambut, Puncak Jaya, Papua. Dulu untuk sampai di daerah ini dari Mulia ditempuh dengan dua jam perjalanan darat, tapi saat ini hanya berkisar 20-25 menit.
Geliat Membangun di Tingginambut
Ruas jalan Mulia-Tingginambut yang telah mengalami jalan padat tahan cuaca (Japat), akhirnya sedikit banyak membawa perubahan bagi masyarakat di Tingginambut.
Untuk terus membuat mobilisasi warga terasa nyaman dan menikmati pembangunan tersebut, Henock meminta Kementerian Pekerjaan Umum untuk mengaspal jalan sepanjang empat kilometer itu.
"Tahun lalu, jalan ini masuk Trans-Papua yang seharusnya dibiayai oleh APBN untuk pengaspalan. Dua tahun ini seharusnya ada pengaspalan, tetapi sampai saat ini tak dilakukan. Pembangunan jalan di Puncak Jaya sangat penting dilakukan, salah satunya untuk menekan harga kebutuhan pokok yang tinggi," ujar dia.
Usai ruas jalan Mulia-Tingginambut terbuka, Pemda Puncak Jaya membangun 25 rumah bagi masyarakat, lalu tahun lalu SD, SMP dan pasar di Tingginambut mulai diaktifkan kembali.
"Aktivitas masyarakat mulai berjalan baik. Saya pun mendapatkan laporan dari warga, termasuk Goliat yang masih mengintai pembangunan yang sedang berjalan. Goliat pun pernah menelpon saya dan memberikan apresiasi atas pembangunan yang telah dinikmati masyarakat," kata Bupati Puncak Jaya saat berkunjung ke Kantor Distrik Tingginambut, Selasa, 16 Agustus 2016.
Henock berharap Tingginambut dapat menjadi percontohan pembangunan di Papua. Alasannya, Tingginambut menjadi daerah konflik yang dapat berubah dalam pembangunan dengan minimnya transportasi di daerah itu dan kemahalannya.
Iriance Enumbi, salah satu warga Tingginambut menyebutkan fasilitas lainnya yang telah dirasakan oleh masyarakat adalah penerangan di daerah ini. Di waktu malam, Tingginambut tak lagi menakutkan dan sunyi. Suara televisi dan musik dapat dinikmati oleh warga.
"Silakan malam hari ke sini dan nikmati penerangannya. Di malam hari tak lagi sunyi. Mama-mama bisa membuat noken, lalu bapak bisa membaca Alkitab dan anak-anak dapat konsentrasi belajar lagi. Masyarakat lainnya juga menonton televisi dan mendengarkan musik," Henock mengungkapkan.
Advertisement
OPM Turun Gunung
Tingginambut terkenal dengan Markas OPM paling besar di daerah Papua yang bermarkas di Tingginambut. Goliat Tabuni pun dijuluki Panglima Besar OPM wilayah Papua. Anak buah yang dimiliki pada 2006 sekitar 3.000.
"Tetapi saat ini Goliat hanya ditemani delapan orang pengikutnya, termasuk Anton Tabuni dan Linus Wakerkwa," ujar Henock.
Secara perlahan, Pemkab Puncak Jaya mulai membujuk pengikut Goliat untuk ikut membangun Puncak Jaya. Pada 2013, saat Henock Ibo memimpin sebagai Bupati Puncak Jaya, ia mulai memperkerjakan sekitar 50 mantan OPM sebagai Satpol PP di Puncak Jaya. Pemerintah juga memberikan fasilitas keterampilan kepada mantan OPM lainnya, seperti berkayu dan berkebun.
"Ada yang menjadi pengawas jalan dan membuat jalan di daerah Puncak Jaya. Sampai saat ini ada 600-an yang sudah bergabung dengan masyarakat setempat," Henock menambahkan.
Tak hanya itu saja, Pemkab Puncak Jaya juga berencana menjadikan daerah Gurage sebagai pusat pembangunan rumah bagi mantan OPM. Saat ini sudah ada pembangunan 25 rumah.
Salah satu mantan OPM, Supir Murib menyebutkan sejak 2012 dia telah memutuskan untuk membantu pemerintah dalam pembangunan dan turun gunung. Apalagi, Tingginambut sudah berubah dengan banyaknya pembangunan yang diberikan pemerintah, termasuk jalan dan rumah yang diberikan kepada warga setempat.
"Tingginambut tak lagi angker seperti dulu. Saya terus merangkul adik-adik yang masih ada di atas bersama kepala distrik. Orang tua (Goliat) masih di atas dan dia sudah tua, tidak bisa berbuat apa-apa.Tetapi kami minta Goliat tak mengganggu pembangunan," kata Supir yang pernah berkunjung ke Jakarta dan Solo, serta hafal menyanyikan lagu "Indonesia Raya".
Mantan anggota OPM lainnya, Yalingga Enumbi mengaku tak lagi memiliki pemikiran seperti dulu untuk menentang pemerintah dan berkeinginan menghilangkan citra buruk Tingginambut menjadi markas OPM di masa lalu.
"Kami ingin Presiden Joko Widodo berkunjung ke Tingginambut dan akan menjamin keamanan Pak Presiden di sini," ujar dia.
Adapun Dandim 1714/PJ, Letkol Inf Hendratno Devidanto menuturkan, sekitar 30 pucuk senjata api beredar di kelompok OPM di Puncak Jaya. "Untuk kelompok Goliat, masih ada empat lima orang di kelilingnya yang memegang senjata," ia menandaskan.