Derita Santoso KW 2, Pria Sulsel Dicap Teroris Gara-Gara Tato

Santoso mengaku, dirinya bahkan bukan residivis. Apalagi teroris.

oleh Ahmad Yusran diperbarui 22 Agu 2016, 19:11 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2016, 19:11 WIB
'santoso kedua'
(Ahmad Yusran/Liputan6.com)

Liputan6.com, Makassar - Memiliki nama yang persis sama dengan pimpinan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT), yakni Abu Wardah alias Santoso bikin seorang warga Sulawesi Selatan jengah.

Ini karena Santoso, pemuda 33 tahun dari Dusun Buangin, Desa Tuwoti Kecamatan Tuwoti Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan sering mendapatkan hujatan. Disebut sebagai teroris lah, pengedar narkoba lah.

"Saat penertiban lahan di kawasan SP IV Mahalona belum lama ini, saya diteriaki sebagai pelarian jaringan Santoso. Bahkan saya ini disebut sebagai Santoso kedua," keluh Santoso kepada Liputan6.com, Senin (22/8/2016).

"Dan pengedar narkoba, makanya disuruh pindah dari Mahalona."

Lelaki kelahiran Sukamaju, 20 Maret 1983, itu mengaku, dirinya bahkan bukan residivis, meski sekujur tubuhnya dibalut tato.

"Saya di Mahalona sudah 18 tahun, dan punya anak dua dari cucu Simon Sarussu. Pastinya saya malu dan tidak nyaman karena dihujat fitnah jaringan narkoba dan terorisme," jelas Santoso.

Kini Santoso yang sudah jengah ini berniat melaporkan masalah tersebut kepada pihak berwajib. Khususnya, terkait fitnah yang sudah menjadi konsumsi publik warga transmigrasi di Mahalona, Kabupaten Luwu Timur.

Sementara itu, Santoso gembong teroris yang dimaksud telah tewas dalam Operasi Tinombala belum lama ini adalah Santoso lahir di Tentena (Poso), 21 Agustus 1976.

Persinggungannya dengan aparat berawal saat ia memimpin aksi perampokan mobil boks distributor Djarum Super pada 3 Agustus 2004. Saat itu, dia divonis hakim Pengadilan Negeri Palu selama 5 tahun.

Selepas dari penjara, aksi Santoso berkembang menjadi terorisme dan membentuk jaringan. Dia diangkat menjadi Amir MIT pada 2012 lalu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya