Begini Reaksi Mbah Gotho Saat Kerabat dan Tetangganya Meninggal

Satu keinginan Mbah Gotho yang belum terlaksana adalah meninggal dunia.

oleh Fajar Abrori diperbarui 29 Agu 2016, 11:45 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2016, 11:45 WIB
Begini Reaksi Mbah Gotho Saat Kerabat dan Tetangganya Meninggal
Mbah Gotho saat duduk di depan rumah. (Liputan6.com/Fajar Abrori)

Liputan6.com, Sragen - Sodimejo atau lebih dikenal orang dengan nama Mbah Gotho bakal genap berumur 146 tahun jika sesuai dengan rekam data kependudukan KTP. Pada usianya yang sudah lebih seabad itu, hanya satu keinginan yang belum tersampaikan, yakni meninggal dunia.

Saking menginginkan untuk dipanggil Yang Maha Kuasa, Mbah Gotho selalu bereaksi ketika ada tetangga, sanak saudara, atau kerabat yang meninggal. Cucu yang merawatnya, Suryanto mengungkapkan, Mbah Gotho itu selalu mempertanyakan mengapa bukan dirinya yang dipanggil saat diberitahu ada berita duka.

Kakek yang tinggal di RT 18 RW VI Segeran, Cemeng, Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah, itu selalu mempertanyakan apakah dirinya ini terselip dari data panggilan Yang Maha Kuasa.

"Apa aku kui ketlingsut seko data kematian. Kok konco-koncoku sakbarakanku, wis do mati kok aku durung mati (Apa aku terselip dari data kematian. Kok teman-temanku sepantaranku sudah pada meninggal, aku malah belum meninggal)," ujar Suryanto menirukan ucapan dari Mbah Gotho kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

Selain itu, Mbah Gotho juga mengomel sendiri mempertanyakan mengapa orang yang lebih muda dibanding dirinya malah lebih dulu dipanggil Yang Maha Kuasa. Padahal, dia yang sudah tua ingin menghadap Yang Kuasa malah belum dipanggil.

"Ya, itu Mbah Gotho selalu bilang masih muda-muda sudah meninggal. Dia yang sudah tua malah belum dipanggil-panggil. Makanya, kadang kalau ada berita lelayu -duka- daripada kayak gitu mending saya enggak ngasih tahu Simbah," ucap dia.

Mbah Gotho sendiri sudah menyiapkan seluruh perangkat untuk pemakaman, mulai dari nisan, cungkup, hingga torbelonya. Ia sengaja membeli itu semua agar tidak merepotkan anak cucunya kelak saat dipanggil yang Kuasa.

"Kui tuku ben sesuk ora ngrepoti anak putu (saat pemakaman)," kata Mbah Gotho.

Nisan dan semua perangkatnya itu sudah dibeli sejak 1992. Pembelian itu semua juga menggunakan uang pribadi Mbah Gotho. "Dulu nisannya itu beli sekitar Rp 300.000. Lha kan sudah lama sudah 23 atau 24 tahun itu, " kata Suryanto.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya