Liputan6.com, Jakarta Pascalongsor yang mengakibatkan delapan rumah warga rusak, pengembang Perumahan Cluster Manggala Green Land yang berlokasi di Kampung Cinangka, Desa Jatiluhur, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, hari ini mendatangi Bupati Dedi Mulyadi.
Saat bertemu Bupati Dedi, sang pengembang bernama Ibar terlihat sangat terpukul dan ketakutan, bahkan menangis. Perempuan itu kemudian meminta maaf kepada orang nomor satu di Purwakarta itu, atas kejadian longsor.
"Maaf pak Bupati, kami minta maaf. Jantung saya terasa copot, makanya kami langsung ke sini," ucap Ibar saat menemui Bupati Dedi Mulyadi di Jalan Gandanegara, Purwakarta, Kamis (15/9/2016).
Badannya membungkuk dan sesekali sambil mengusap air matanya. Melihat itu, Dedi hanya tertawa dan mengelus punggung Ibar. "Ibu sih hanya bikin tembok pembatas saja, kenapa tidak buat saluran drainase di lokasinya, imbasnya kan hujan deras temboknya jadi jebol," ujar Dedi.
Baca Juga
Ibar kemudian menjelaskan kronologi terjadinya longsor yang diduga dipicu akibat pembangunan cluster miliknya. Dia beralasan, semula pihaknya sudah akan membuat drainase, tapi justru mendapat penolakan warga.
"Tapi ada sebagian warga yang mengadang. Kami libatkan organisasi masyarakat setempat dengan harapan akan rekrut warga Kampung Cinangka. Tapi kemudian yang direkrut ternyata warga luar kampung," tutur Ibar.
Pihaknya mengaku akan mengganti rugi rumah yang terkena dampak. Sekaligus, segera membuat saluran drainase. "Pak Bupati tolong bantuannya, datang ke lokasi supaya cepat selesai. Kami juga segera mengganti kerugian warga," ujar dia.
Advertisement
Tembok Pembatas Jebol
Longsor di Kampung Cinangka, Jatiluhur, Purwakarta, terjadi pada Kamis dini hari, 15 September 2016. Longsoran tebing setinggi 12 meter menghantam permukiman dari 80 warga. Delapan rumah tertimpa longsor, dua tempat tinggal nyaris rata dengan tanah, sedangkan enam bangunan lainnya rusak ringan.
Warga menuding longsor dipicu pembangunan cluster, terutama tembok penghalang antara perumahan dan permukiman. Itu terjadi lantaran pihak pengembang tidak membuat saluran air, sehingga saat hujan air tertampung dan mengikis tebing di sekitar permukiman tersebut.
"Pokoknya kami minta agar pihak pengembang perumahan bertanggung jawab. Mereka harus membeli rumah dan tanah kami karena kalau tidak, kami khawatir terjadi longsor susulan," kata salah seorang warga korban longsor, Wati.
Warga menyayangkan pihak pengembang yang membangun dinding pembatas tanpa membuat saluran air, sehingga saat hujan turun air tertahan menggerus tebing hingga mengakibatkan longsor. "Iya tidak ada saluran airnya, jadi saat hujan air terbendung," ujar Wati.
"Longsor terjadi diakibatkan hujan yang tiada henti sebanyak dua kali turun, dilanjutkan dengan robohnya tembok pembatas antara perumahan Manggala dengan rummah warga," kata Kepala Bidang Pemadam Kebakaran (Damkar) Dinas Kebersihan Dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Purwakarta, Helmi.
Setelah tembok pembatas antara pemukiman dan perumahan sepanjang 100 meter jebol, material yang terbawa longsor kemudian masuk ke pemukiman. Selanjutnya menimpa rumah warga.
"jadi perumahan itu membangun benteng setinggi sebelas meter, tapi tidak ada saluran pembuangan air. Jadi begitu hujan dia menampung air dan nampung material lainnya berikut pasir. Kemudian tembok jebol, akhirnya tanah itu turun ke rumah warga," Helmi menambahkan.
Tak ada korban jiwa dalam kejadian itu. Kepolisian pun memasang garis polisi agar warga tidak mendekati lokasi longsor dan rumah yang tertimpa. "Warga korban longsor saat ini sudah mengungsi ke kerabat dan bangunan madrasah yang tidak jauh dari permukiman," Helmi menjelaskan.
Pascalongsor, warga dibantu aparat TNI, Polri, dan Damkar Purwakarta melakukan evakuasi terhadap harta benda. Termasuk membersihkan lumpur yang mengotori rumah yang tertimpa maupun areal permukiman. Petugas juga membersihkan material berupa pepohonan yang masuk ke permukiman.
Advertisement