Daratan Pantai di Tegal Hilang 50 Meter

Banjir rob jadi tamu rutin bagi warga Tegal.

oleh Fajar Eko Nugroho diperbarui 20 Sep 2016, 12:32 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2016, 12:32 WIB
20160710- Pantai Alam Indah Jadi Tempat Favorit Warga Tegal- Herman Zakharia
Penyewa ban mengaku meraih omzet yang besar karena banyaknya pengunjung yang datang ke Pantai Alam Indah (PAI), Tegal, Jawa Tengah, Minggu (10/7). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Tegal - Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Muara Indah Kota Tegal yang mengelola obyek wisata Pantai Muarareja, mengajukan sabuk pantai dengan metode serupa ke kementerian. Ini langkah darurat sebab wilayah obyek wisata pantai setempat kerap dilanda banjir rob dan abrasi yang semakin parah.

"Kami akui jika daratan di pantai ini (Muarareja) sudah hilang sekitar 50 meter. Hal itu karena keberadaan pemecah gelombang dan sabuk pantai dari beton yang dianggap tidak begitu efektif," kata Purwadi kepada Liputan6.com, Selasa (20/9/2016).

Ia menyebut, jika penerapan metode sabuk pantai sangat efektif untuk mengurangi abrasi. Pasalnya, saat air laut surut, pasir yang dibawa tidak ikut ke tengah laut. Namun, mengumpul di titik antara pemasangan sabuk pantai dengan bibir pantai.

"Untuk itu manfaat yang lebih efektif dan efisien penerapan sabuk pantai dengan teknologi GKM ini kami ajukan ke kementerian bersama pihak kelurahan. Dengan harapan, banjir dan rob tidak terjadi di kawasan Pantai Muarareja," dia menandaskan.

200 Rumah Tergenang Rob

Ratusan rumah warga di Kelurahan Muarareja, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal, Jawa Tengah, terendam banjir rob akibat gelombang tinggi di perairan laut Jawa. Selain itu, kondisi diperparah dengan turunya hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi pada Jumat (16/9) hingga Sabtu (17/9) lalu.

Dari pantauan Liputan6.com, rob dan hujan membuat ketinggian air semakin meningkat mencapai 30 cm. Air memasuki rumah warga yang sebagian besar nelayan di Pantura.

"Ya seperti ini mas kondisinya banjir rob masih belum surut. Tapi ini ketinggian air sudah agak mendingan hanya 20 cm, ga setinggi hari Sabtu (17/9) kemarin hingga 50 cm. Tapi tetap saja air sampai masuk ke rumah," ucap Umi (42) seorang warga Muarareja, Tegal, Jateng, Senin, 19 September 2016.

Ia mengakui ratusan rumah warga di Kelurahan Muareja kerap kali dilanda banjir rob jika intensitas hujan yang turun sangat tinggi. "Daerah sini (Muareja) memang sering banjir rob. Sudah bisa dipastikan kalau turun hujan terus menerus lebih dari 10 jam banjir rob selalu datang," keluh dia.

Saat banjir rob mulai meninggi, Umi hanya bisa pasrah melihat perabotan rumah tangganya terkena air rob tersebut.

"Paling barang-barang elektronik saja yang diamankan ditaruh di ketinggian. Kalau perabot lainya seperti almari, kursi dan yang lain berada di lantai dibiarkan saja. Soalnya sudah nggak ada tempat lagi," tutur dia.

"Sedih rasanya dengan kondisi seperti ini, selalu saja dipusingkan masalah rob yang terjadi terus menerus setiap tahun di saat musim penghujan dan gelombang laut tinggi," ucap dia.

Menurut dia, banjir rob terparah terjadi pada Mei 2016 lalu. Saat itu, ketinggian rob mencapai 70 cm hingga menyulitkan aktivitas warga sehari-hari.

Air menggenangi perumahan di Tegal (Liputan6.com / Fajar Eko)

Sementara itu, Lurah Muarareja, Zaenal Asikin menyatakan, penyebab genangan rob menggenangi ratusan rumah warga lantaran gelombang tinggi dan intensitas hujan yang tinggi.

Ia menyebut, genangan rob terparah terjadi di tiga RW. Kendati demikian, saat ini genangan rob yang paling parah terjadi di RW 03 dan ketinggian air mencapai 50 cm.

"Data keseluruhan yang terdampak genangan rob awalnya mencapai 690 rumah atau kepala keluarga di Kelurahan Muarareja. Tapi, saat ini jumlahnya sudah berkurang sekitar 200 rumah yang masih tergenang rob," ucap Zaenal Asikin.

Ia menambahkan, meskipun ketinggian genangan rob yang mengenangi rumah warga mencapai 30 cm itu, cukup mengganggu aktivitas warga setempat.

"Khususnya jalan-jalan disini yang tergenang rob sudah seperti sungai. Nggak keliatan mana selokannya, mana jalanya," imbuh dia.

Tak hanya menggenangi ratusan rumah warga, lanjut dia, banjir rob juga merendam puluhan hektare (ha) tambak ikan dan udang milik warga setempat.

"Otomatis pemiliknya mengalami kerugian, tapi kami belum bisa hitung berapa total kerugiannya karena masih dalam pendataan. Yang jelas cukup lumayan lah bisa sampai jutaan rupiah," jelas dia.

Sabuk Pantai

Guna mengantisipasi genangan rob yang terjadi di Muarareja, Pemerintah Kota Tegal akan mengembangkan pembuatan sabuk pantai dengan teknologi terbaru yang disebut teknologi Kantong Geotekstil Memanjang (KGM).

Menurut Zaenal, sabuk pantai dengan menggunakan teknologi KGM dianggap paling efektif dan efisien untuk meminimalisir serta mengantisipasi genangan rob yang semakin parah.

"Kami segera terapkan teknologi KGM ini, harapannya jika sudah mulai berjalan sabuk pantai model ini menjadi solusi mengatasi genangan rob," ucap dia.

Sebenarnya, lanjut dia, sabuk pantai dan pemecah ombak sudah tersedia tetapi tetap tidak mampu membendung ombak tinggi air laut. Akibatnya, air laut meluber dan menggenangi pemukiman warga.

Bahkan, kata Zaenal, hal lain yang dilakukan seperti penanaman ribuan mangrove yang sudah berbaris rapih di bibir pantai juga tidak tidak mampu menahan terjangan air laut.

"Dengan penerapan teknologi GKM ini kami yakin lebih efektif dan efisien. Apalagi menurut ahlinya, teknologi ini juga dapat difungsikan untuk pencegahan abrasi di bibir pantai," beber dia.

Hingga kini, teknologi sabuk pantai teknologi GKM masih dalam tahap pengajuan kepada dua kementerian yakni Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) melalui Dinas Pekerjaan Umum Kota Tegal.

"Sampai saat ini kami masih menunggu realisasi dari dua kementerian yang sudah kami tembusi. Mudah-mudahan segera disetujui dan dibangun dengan teknologi GKM itu," jelas Zaenal.

Ia menjelaskan, teknologi sabuk pantai dengan GKM ini menggunakan bahan geotekstil yang diisi pasir, kemudian ditanam di bawah permukaan laut sejajar dengan pantai. Hal itu dinilai lebih baik dibandingkan membangun pemecah gelombang yang menjorok ke laut.

"Berdasarkan riset yang sudah dilakukan oleh para ahli, bahan yang ada dalam teknologi sabuk pantai ini tidak mudah rusak sekalipun disobek dengan pisau. Jadi sangat efektif dan murah," ucap Zaenal.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya