Liputan6.com, Garut - Bangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Slamet Garut tidak luput dari terjangan banjir bandang yang terjadi pada Selasa malam, 20 September 2016 lalu. Ketinggian genangan air saat itu bahkan mencapai 1,5 meter, sehingga melumpuhkan operasional rumah sakit di lantai satu.
Kepala BPBD Kabupaten Garut Dadi Zakaria menuturkan, seluruh pasien yang berada di lantai 1 dievakuasi ke lantai dua rumah sakit. Sisanya diungsikan ke RS Guntur yang selamat dari terjangan banjir Sungai Cimanuk.
"Salah satu yang terparah adalah Ruang Puspa yang menjadi ruang utama. Seluruhnya kemudian diungsikan ke lantai dua. Sementara warga sekitar rumah sakit dievakuasi ke Makorem," ujar Dadi kepada Liputan6.com, Kamis (22/9/2016).
Banjir bandang tidak hanya membuat seluruh ruangan di lantai satu tidak bisa digunakan untuk merawat pasien, tetapi juga merusak perlengkapan medis hingga tidak bisa digunakan. Meski kini banjir mulai surut, pihak rumah sakit belum bisa menerima pasien baru karena bangunan dipenuhi lumpur.
Baca Juga
"Sekarang sedang dilakukan pembersihan lumpur yang dilaksanakan oleh semua lapisan masyarakat. Mulai dari Basarnas sampai PNS dan petugas rumah sakit," ujar Dadi.
Data terakhir BPBD menyebutkan 23 warga Garut meninggal akibat bencana banjir bandang, sedangkan orang hilang mencapai 17 orang. Jumlah tersebut masih bisa bertambah karena status tanggap darurat masih diberlakukan hingga tujuh hari ke depan.
Korban yang meninggal berasal dari tiga lokasi, yaitu Sukapadang, Kelurahan Rengganis, dan Kecamatan Cimaung. Namun, yang terbanyak berasal dari Sukapadang. Tim gabungan kini melanjutkan pencarian warga yang dilaporkan hilang terbawa arus banjir bandang di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
"Pencarian tiga titik yakni lapangan Paris, Cimacan dan Sungai Cimanuk hingga ke Wado," kata Dadi
Pencarian melibatkan berbagai unsur yakni Basarnas, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Polri, TNI, Tagana, sukarelawan, dan masyarakat.