Susul Barujari, Status Gunung Rinjani Naik Jadi Waspada

Hingga saat ini, masih ada 132 pendaki yang belum turun dari Gunung Rinjani.

oleh Arie Nugraha diperbarui 28 Sep 2016, 13:32 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2016, 13:32 WIB
Gunung Rinjani
Selain jalur pendakian Senaru dan Sembalun, Gunung Rinjani juga memiliki jalur pendakian Torean yang sarat petualangan.

Liputan6.com, Bandung - Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memutuskan untuk menaikkan status gunung api Rinjani di Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat, dari normal menjadi waspada usai mengalami letusan melalui kerucut Gunung Barujari pada Selasa, 27 September 2016, pukul 14.45 Wita.

Letusan ini memicu kolom abu setinggi 2000 meter di atas puncak gunung api Rinjani atau setinggi 6.000 meter di atas permukaan laut dan bertiup ke arah barat serta barat daya.

Menurut Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur Indonesia PVMBG, Devy Kamil Syahbana, karena berstatus waspada, radius tiga kilometer dari puncak gunung tidak boleh terdapat aktivitas manusia.

"Masyarakat di sekitar Gunung Api Rinjani dan pengunjung atau wisatawan tidak diperbolehkan beraktivitas atau berkemah di dalam kaldera gunung api Rinjani dan di dalam radius tiga kilometer dari kawah Gunung Barujari yang berada di dalam kaldera gunung api Rinjani," ujar Devy kepada Liputan6.com, Rabu (28/9/2016).

Devy meminta agar masyarakat tetap diam di dalam rumah jika terjadi hujan abu. Ia juga mengimbau warga untuk memakai masker, penutup hidung, dan mulut serta pelindung mata agar terhindar dari infeksi saluran pernapasan (ISPA) dan iritasi mata.

Dia menambahkan, peringatan dini bahaya abu vulkanik untuk keselamatan penerbangan (VONA) telah dikirimkan ke instansi-instansi terkait keselamatan penerbangan, seperti Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub, BMKG, Air Traffic Control (ATC), Volcanic Ash Advisory Centers (VAAC) Darwin dan Tokyo, pilot, dan pihak terkait lainnya.

"Penaikan status ini disebabkan masih adanya kegempaan tremor masih terus terekam yang mengindikasikan bahwa sistem vulkanik gunung api Rinjani masih belum stabil," kata Devy.

Letusan yang terjadi kali ini diawali dengan adanya peningkatan kegempaan vulkanik, tapi dengan jumlah dan amplituda yang tidak signifikan. Berdasarkan alat pencatat gempa di Pos Pengamatan Gunung Api Rinjani, PVMBG, di Kampung Sembalun Lawang, amplituda seismik gempa letusan sebesar 52 milimeter dengan lama gempa 100 detik.

PVMBG menyatakan dalam sejarah aktivitasnya, Gunung Rinjani telah meletus 20 kali dengan indeks eksplosif berkisar 1 sampai 7 (dari skala maksimum 8). Letusan terbesarnya terjadi pada 1257 dengan VEI 7 dan letusan terakhirnya terjadi pada hari Senin, 1 Agustus 2016 pukul 11.50 Wita dengan VEI 2.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya