Liputan6.com, Pekanbaru - Sejumlah lokasi pembalakan ilegal ditemukan di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil, Riau. Aktivitas ini tersusun dengan baik dengan adanya pondokan, kanal mengalirkan kayu bulatan, lokasi pengolahan kayu dan alat transportasi, hingga perlindungan sejumlah oknum kepolisian dan TNI atau beking.
Dari sekian banyaknya lokasi, Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah II Sumatera menyatakan ada lima lokasi utama perambahan di Kabupaten Bengkalis itu.
Baca Juga
"Lokasi besarnya ada di lima titik yang terhubung dengan rel untuk mengangkut kayu menuju kanal besar," kata Kasi institusi dimaksud, Eduwar Hutapea, Selasa petang, 11 Oktober 2016.
Advertisement
Adanya lokasi ini berdasarkan keluhan warga sekitar yang resah adanya aktivitas ini. Tim gabungan, mulai dari kehutanan, Kepolisian Resort Bengkalis dan Kodim setempat terjun ke lokasi bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam, sejak Jumat, 7 Oktober 2016, pekan lalu.
Meski mengamankan satu polisi dan sejumlah TNI, baik dari Angkatan Darat serta Udara, petugas gagal menemukan aktivitas ilegal. Para perambah diduga sudah kabur dan meninggalkan pondokan di sekitar lokasi.
"Sejumlah saksi mengatakan lokasi tersebut telah ditinggalkan para perambah beberapa hari sebelum operasi," kata Eduwar.
Setelah turun ke lokasi, Eduwar memaparkan lokasi sekitar perambahan mengalami kerusakan parah. Petugas hanya menemukan sekitar 150 kubik kayu hasil pembalakan liar yang belum diangkut.
Eduwar menyatakan, perambah di salah satu cagar yang diakui PBB ini sangat terorganisir. Di lokasi, para perambah memasang rel-rel yang menghubungkan antara satu titik ke titik lain.
"Di lokasi juga terdapat kanal sekunder yang langsung mengarah ke kanal primer," ujar Eduwar.
Dia menyebutkan, kanal premier di lokasi memiliki panjang 18 kilometer dan langsung mengarah ke Desa Bukit Kerikil. Di desa itu, kayu-kayu dari hutan dikumpulkan untuk kemudian diselundupkan ke provinsi maupun negara tetangga.
Ancaman Pengeroyokan
Selain melibatkan oknum polisi dan TNI, pengangkutan kayu dari kawasan perambahan juga melibatkan aparat desa setempat. Kayu ini diangkut melalui satu-satunya akses, yaitu kawasan bernama Simpang Kulim.
Informasi dirangkum, di lokasi itu terdapat pos Babinkamtibmas Polri dan Babinsa TNI. Petugas di sana dikabarkan tahu aktivitas ini, tapi tak berani melarang karena ada oknum berpangkat tinggi lagi yang bermain.
Hal ini dibenarkan Kasi Intelijen Korem Wirabima 031 Kolonel Eko Prayitno. Dia menyebut beberapa personel jaga di lokasi sudah diperiksa dan mengutarakan ketakutannya kepada pengangkut kayu.
"Babinsa terpaksa meloloskan karena ada tekanan dari oknum TNI pengangkut kayu. Kalau dilarang, petugas Babinsa diancam akan dikeroyok," kata Eko.
Sebelumnya, Kapolda Riau Brigjen Pol Zulkarnain Adinegara menyebut ada satu oknum Babinkamtibmas yang diamankan dan diperiksa terkait dugaan bekingan perambahan di biosfer.
Zulkarnain menyatakan bakal menindak tegas anggotanya yang diduga bermain dan memberikan hukuman berat sesuai ketentuan berlaku.
Secara bersamaan, Komandan Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Marsekal Pertama Henri Alfiandi juga membenarkan ada anggota TNI AU terlibat. Dia menyebut oknum dimaksud bertugas di Satuan Radar Kota Dumai.
Terpisah, Komandan Detasemen Polisi Militer 1/3 Pekanbaru, Letkol (CPM) Johny Pelupessy menyatakan pihaknya masih mendalami dugaan keterlibatan oknum aparat tersebut.
"Masih didalami dugaannya. Oknum yang dimaksud masih diperiksa, begitu juga dengan saksi lainnya," kata Johny.
Advertisement