9 Perempuan Tangguh Pejuang Pangan

Sembilan Perempuan Pejuang Pangan ini dipilih oleh Oxfam Indonesia melalui kompetisi video anak muda dan penelusuran.

oleh Anri Syaiful diperbarui 17 Okt 2016, 14:31 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2016, 14:31 WIB
Perempuan Pejuang Pangan
Pengukuhan 9 Perempuan Pejuang Pangan 2016. (Foto: Oxfam Indonesia)

Liputan6.com, Bogor - Menyambut Hari Pangan Sedunia, 16 Oktober 2016, Oxfam di Indonesia mengukuhkan sembilan Perempuan Pejuang Pangan. Sembilan nama ini dipilih melalui kompetisi video anak muda dan penelusuran atau scouting.

"Event ini bukti Oxfam sangat peduli terhadap pengakuan peran perempuan dalam rantai pangan," ucap Budi Kuncoro, Country Director Oxfam di Indonesia, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Minggu malam, 16 Oktober 2016.

Sembilan Perempuan Pejuang Pangan tersebut adalah Giyem (Pati), Ummi Kalsum (Aceh Besar), Seliwati (Luwu Utara), Daeng Karra (Makassar), Nurlina (Pangkep), Sri Rohani (Kebumen), Catur Rini (Bogor), Beatrix Rika (Sikka), dan Erna Leka (Tulang Bawang).

Dini Widiastuti selaku Direktur Program Keadilan Ekonomi Oxfam di Indonesia mengatakan, sembilan Perempuan Pejuang Pangan tersebut terbukti mampu menjadi inspirasi komunitas dan menjadi penggerak masyarakat di tingkat basis.

"Kepemimpinan mereka sangat menonjol," kata dia dalam penganugerahan Perempuan Pejuang Pangan 2016 di Jakarta, Minggu, 16 Oktober 2016.

Dini menjelaskan, perempuan-perempuan tersebut terlibat langsung dalam mempertahankan lahan pertaniannya, memimpin penerapan pertanian dengan varietas lokal yang lebih adaptif terhadap iklim dan lingkungan setempat.

Selain itu, sembilan Perempuan Pejuang Pangan itu juga membudidayakan pertanian hidroponik untuk mengatasi sempitnya lahan. Perempuan Pejuang Pangan di pesisir berperan penting dalam merestorasi hutan mangrove atau bakau sebagai habitat ikan-ikan tangkapan para nelayan.

"Berinvestasi pada Perempuan Pejuang Pangan berkontribusi besar dalam upaya mengakhiri kelaparan di komunitas dan dapat menghindarkan masyarakat dari dampak perubahan iklim secara global," Dini menambahkan.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Rimbawan Muda Indonesia (RMI) Mardha Tillah mengatakan, ajang ini sangat tepat untuk menciptakan ruang bagi generasi muda agar dapat bersentuhan dengan isu pangan.

"Anggapan bahwa perempuan hanya berperan kecil dalam rantai pangan, masih menjadi pemahaman umum. Namun begitu, paling tidak, puluhan video yang kemudian didaftarkan ke dalam skema kompetisi ini menceritakan lain. Begitu juga hasil dari penelusuran tokoh," ia memaparkan.

Ada 48 Nominasi

20160704-Pupuk Padi-Karawang- Gempur M Surya
Petani memupuk tanaman padi di Karawang, Jawa Barat, Senin (4/7). Untuk mencapai target swasembada pangan 2016, pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 20 triliun. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Dalam penyelenggaraan kompetisi video anak muda, Oxfam di Indonesia bekerja sama dengan Rimbawan Muda Indonesia (RMI). Secara keseluruhan panitia menerima 48 nama nominasi Perempuan Pejuang Pangan dari seluruh Indonesia. Sebanyak 34 nominasi diperoleh lewat kompetisi video anak muda dan 14 melalui penelusuran tokoh.

Dari 48 nominasi yang masuk prosentase terbesar berasal dari Pulau Jawa (63 persen), Sumatera (12 persen), Sulawesi (8 persen), Nusa Tenggara (15 persen), dan Kalimantan (2 persen). Sedangkan subsektor pertanian para kandidat adalah pertanian (75 persen), nelayan (17 persen), dan urban farming (6 persen).

Pencarian tokoh Perempuan Pejuang Pangan Oxfam di Indonesia ini dimulai sejak 27 Juli-6 Oktober 2016. Juri kompetisi video FFH terdiri dari Dini Widiastuti dari Oxfam di Indonesia, Prisia Nasution, artis perempuan yang memiliki ketertarikan pada isu-isu sosial, dan Dandhy Laksono, videografer sekaligus juru kampanye ketahanan pangan.

Panitia juga melakukan verifikasi terhadap nama-nama nominasi yang masuk. Kriteria utama penilaian yang digunakan adalah (1) Kekuatan karakter tokoh nominasi dengan indikator perempuan inspiratif, berdaya dan memberdayakan serta aktif dalam kegiatan produksi pangan; dan (2) Kualitas video, dengan indikator kualitas video, teknik editing dan narasi. Perbandingan bobot kriteria pertama dengan kedua adalah 70 : 30.

Melihat banyaknya Perempuan Pejuang Pangan yang sangat inspiratif, juri pun memutuskan 7 pasang harus dijadikan Pemenang video dan 2 Perempuan Pejuang Pangan non-video yang akan datang ke Jakarta. Mereka pun mendapatkan penghargaan pada Hari Pangan Sedunia, 16 Oktober 2016 di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Selanjutnya, sembilan Perempuan Pejuang Pangan 2016 itu merayakan kebersamaan mereka di educational trip di kawasan Gadog, Bogor, Jawa Barat pada 16-18 Oktober 2016.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya