Tinggalkan Suami, Mbah Ijem Rela Jadi Manusia Gua di Gunungkidul

Awalnya, Mbah Ijem hanya tirakat saja di Gua Langse, Gunungkidul.

oleh Yanuar H diperbarui 17 Okt 2016, 16:02 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2016, 16:02 WIB
Manusia Gua Gunungkidul
(Liputan6.com/Yanuar H)

Liputan6.com, Gunungkidul - Gunungkidul mulai terkenal dengan wisata gua. Namun, ada yang berbeda di Gua Langse, Dusun Gembug, Desa Giricahyo, Purwosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Gua Langse yang berada di tebing pantai selatan tidak mudah dijangkau. Pengunjung harus menuruni tangga kayu dan menyusuri tebing vertikal serta batu karang yang memakan waktu sekitar 40 menit dengan berjalan kaki.

Menuju ke Gua Langse memang mempunyai sensasi tersendiri, terutama bagi yang takut ketinggian. Namun jika sudah berada di gua yang memiliki ketinggian sekitar 20 meter ini, pengunjung akan disuguhi pemandangan laut pantai selatan yang menakjubkan.

Jangan kaget saat masuk ke Gua Langse. Pengunjung akan dijamu dengan pemandangan berbeda dari gua lainnya. Peralatan dapur seperti wajan, panci, sampai parutan tertata di gua tersebut. Ada juga lemari dan pakaian yang dijemur di mulut gua.

Ternyata, semua barang-barang rumah tangga itu milik Sakijem, atau yang lebih dikenal dengan nama Mbah Ijem. Perempuan 70 tahun itu sudah tinggal di Gua Langse selama 48 tahun.

"Saya di sini sudah sejak 1968," kata Mbah Ijem dengan bahasa Jawa, saat berbincang dengan Liputan6.com di Gua Langse, Minggu, 16 Oktober 2016.

Mbah Ijem pertama kali ke Gua Langse untuk tirakat. Gua Langse memang digunakan Panembahan Senopati untuk tirakat selama 40 hari, sebelum membuka Alas Mentaok, yang digunakan untuk ibu kota Kerajaan Mataram.

Hal inilah yang membuat Mbah Ijem tirakat di Gua Langse. Karena seringnya tirakat di gua tersebut, ia sering disuruh pengunjung gua mencari makanan ke desa terdekat.

Kondisi itu berjalan cukup lama, sehingga Mbah Ijem memilih menetap di gua dengan pemandangan laut selatan itu.

"Awalnya waktu itu kegiatannya prihatin, setelah itu ada tamu yang meminta mencarikan ketela untuk makan. Akhirnya sampai sekarang," tutur Mbah Ijem.

Mbah Ijem biasanya setiap tiga atau empat hari harus menyusuri jalan terjal untuk membeli kebutuhan bagi para pengunjung, seperti teh, kopi, hingga nasi. Namun, Mbah Ijem tidak mematok tarif kepada pengunjung.

Tinggalkan Suami

Mbah Ijem nyaman tinggal di Gua Langse dan tidak ingin pulang ke rumahnya. Bahkan, dia rela meninggalkan suaminya yang tinggal di Kota Yogyakarta.

"Anak saya satu, sekarang tinggal di Jakarta, bekerja cuma buruh," kata dia.

Sementara, Kepala Desa Giricahyo Purwosari Suparyana mengatakan, pihaknya sudah meminta Mbah Ijem pindah ke lokasi yang aman. Namun, ajakan itu selalu ditolak.

Lokasi Gua Langse yang cukup sulit dilalui cukup membahayakan bagi para pengunjung. Terlebih untuk Mbah Ijem. Karena itu, pihak desa sudah mengimbau Mbah Ijem agar tidak tinggal di gua mengingat sudah pernah memakan korban.

"Kami sering mengingatkan agar pindah namun ditolak. Mungkin karena uang, sehingga tidak mau pindah. Sejak saya kecil, dia sudah ada di sana hingga sekarang," kata Suparyana.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya