Listrik Mati 4 Jam Sehari, Warga Jayapura Gigit Jari

Pemadaman listrik bergilir di Jayapura sudah berlangsung lebih dari tiga minggu.

oleh Katharina Janur diperbarui 10 Nov 2016, 09:03 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2016, 09:03 WIB
20160425-Krisis, Venezuela Padamkan Listrik Empat Jam Tiap Hari -Venezuela
ilustrasi pemadaman listrik.

Liputan6.com, Jayapura - Pemadaman listrik bergilir kembali meresahkan warga Kota Jayapura, Papua. Lebih dari tiga minggu lamanya, warga Jayapura harus mengalami pemadaman listrik hingga 3-4 jam setiap harinya.   

Manager Area PLN Jayapura John Yarangga menerangkan, beban puncak yang dimiliki bisa mencapai 70 megawatt per harinya. Padahal, daya mampu mesin hanya mencapai 57 megawatt.

Maka itu, PLN menggilir pemakaian listrik kepada 110 ribu pelanggan di tiga rayon yakni Abepura, Sentani dan Jayapura. "Pemadaman bergilir juga dikarenakan rusaknya salah satu mesin pembangkit di PLTA Orya Genyem, karena banyaknya sedimen lumpur dan material kayu yang terbawa arus sungai," ujar John, Rabu, 9 November 2016.

PLTA Orya Genyem berkapasitas 2x10 megawatt. Jika kedua mesin pembangkit ini mampu bekerja, PLN yakin tak akan ada pemadam kembali di Kota Jayapura.

"Memang ada surplus jika mesin PLTA ini bekerja, tetapi hanya 1 megawatt saja. Tetap lampu kuning bagi kami. Dengan perbaikan mesin yang sedang kami lakukan, minggu depan dipastikan tak akan ada lagi pemadaman bergilir," kata John.

Manager Sektor Pembangkitan Papua dan Papua Barat PT PLN (Persero) Paul Kiring Kaloh menuturkan, hujan deras yang melanda Jayapura beberapa minggu terakhir menyebabkan turbin tertutup material lumpur dan kayu, sehingga mengakibatkan kerusakan pada salah satu mesin pembangkitnya.

Solusinya, PLN akan membuat dam atau bak penyaring didepan mesin pemompa air agar lumpur dan material lainnya tak selalu ikut di dalam mesin tersebut.

"Permasalahan lainnya adalah debit air di Sungai Orya juga mulai berkurang. Dari dulunya 13 kubik per detik dan mampu untuk pembangkit 20 megawatt. Saat ini, debit air berkurang dan hanya mampu menggerakkan 15 megawatt," ucap dia.

Pengalaman paling parah terjadi pada Juni-Juli 2016. Debit air saat berkurang hanya 2-3 kubik dan hanya mampu menggerakkan satu turbin.

"Pada kemarau panjang, debit air turun. Namun pada curah hujan tinggi, maka air berlimpah. Namun, kami khawatir lumpur dan material kayu akan lebih banyak lagi," tutur Paul.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya