Melacak Sumber 'Hamparan Salju' Sungai Brebes yang Mematikan

KLH Brebes sudah mengambil sampel air dan kini sedang diuji laboratorium di Bandung Jawa Barat.

oleh Fajar Eko Nugroho diperbarui 24 Nov 2016, 07:31 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2016, 07:31 WIB

Liputan6.com, Brebes - Kasus pencemaran air Sungai Liyer di Kecamatan Songgom, Brebes yang diduga akibat limbah pabrik tekstil membuat geram Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

Mereka meminta kasus dugaan pencemaran air Sungai Liyer diusut tuntas. Sebab, ribuan petani dan masyarakat setempat resah akibat pencemaran air Sungai Liyer yang berubah menjadi seperti hamparan salju dan kadang berubah warna merah serta mengeluarkan bau tidak sedap dan menyengat.

"Kami sudah panggil Kepala Kantor Lingkungan Hidup sekaligus rapat dengar pendapat untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi terkait perubahan air Sungai Liyer. Apa memang ditimbulkan dari limbah pabrik tekstil ataupun pabrik lainnya," ucap Ketua Komisi III DPRD Brebes Cahrudin kepada Liputan6.com, Rabu 23 November 2016.

Tak hanya itu, pihaknya juga meminta kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Brebes untuk segera mendata dan menata limbah pabrik yang ada di Brebes.

"Pada prinsipnya kami minta persoalan pencemaran lingkungan ini diusut tuntas. Termasuk mengetahui penyebab sumbernya sehingga sungai jadi tercemar seperti itu," dia menambahkan.

Cahrudin menyebut, KLH Brebes juga sudah memberikan penjelasan terkait dugaan pencemaran yang terjadi di Sungai Liyer Songgom. Bahkan, KLH juga sudah mengambil sampel air dan kini sedang diuji laboratorium di Bandung Jawa Barat. Kendati demikian, hasilnya masih menunggu yang nantinya untuk menjadi dasar untuk mengambil langkas selanjutnya. 

Ketua Komisi III DPRD Brebes Cahrudin (Liputan6.com/ Fajar Eko Nugroho)

Dia mengatakan, dengan melakukan pendataan limbah pabrik itu, diharapkan pembuangan limbah pabrik dapat termonitoring dan dilakukan penataan agar tidak berdampak ke lingkungan sekitar.

Tak hanya itu, pihaknya juga meminta Pemkab Brebes untuk berkoordinasi dengan kabupaten atau kota tetangga. Hal itu dilakukan karena banyak lokasi pabrik di luar daerah, tetapi limbahnya dirasakan oleh masyarakat Brebes.

"Seperti misalnya di Desa Bojongsari, Kecamatan Losari, di sana menerima buangan limbah sampah. Sementara sambah itu berasal dari wilayah Ciledug, Kabupaten Cirebon. Ini perlu ada komunikasi dengan daerah sekitar, sehingga bisa ditanggulangi bersama," kata dia.

Sengaja Dibuang?

Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Brebes menanggapi keluhan dari masyarakat Kecamatan Songgo terkait pencemaran air yang terjadi di Sungai Liyer.

Kepala KLH Brebes Edy Kusmartono mengatakan, setelah mendapatkan laporan dari masyarakat, pihaknya meneliti kondisi air Sungai Liyer yang diduga tercemar limbah cair yang berasal dari pabrik tekstil.

"Kami sudah ke lokasi dan ambil sampel airnya di sana (Sungai Liyer) untuk memastikannya, setelah mendapat surat laporan itu," ucap Edy.

Sampel itu masih diteliti kandungannya untuk mengetahui sejauh mana residu cemaranya. "Sampel air saat ini masih berada di laboratorium di Bandung (Jawa Barat) untuk di uji kandungnya. Tapi untuk hasilnya menunggu paling tidak sampai tujuh hari," kata dia.

Kendati demikian, KLH menyebut ada indikasi kuat Sungai Liyer yang tercemar limbah cair berbusa yang sengaja dibuang di sungai itu.

"Memang kami mengindikasi air sungai ini tercemar dari limbah yang sengaja dibuang karena terjadi perubahan kondisi air itu secara periodik," Edy menjelaskan.

Edy mengatakan, uji laboratorium terhadap sampel air sungai tersebut, nantinya akan diketahui kandungan di dalamnya. Dari kandungan air itu akan diketahui juga jenis residunya. 

"Setelah hasil laboratorium keluar, nanti kami baru bisa mencari pabrik di hulu sungai yang menghasilkan residu sama dengan kandungan di air Sungai Liyer," ungkap dia.

Dalam sebulan terakhir, warga mengeluhkan kondisi Sungai Liyer Dandanggondang, Songgom, Brebes, Jateng, yang kerap tercemar diduga akibat limbah dari perusahaan tekstil. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Selain itu, kata Edy, pihaknya juga akan segera menindaklanjuti dan berkoordinasi dengan instansi terkait lain, termasuk dengan instansi di daerah tetangga dalam hal ini Kabupaten Tegal.

Di sisi lain, guna mencari akar persoalan pencemaran air sungai itu. Pihaknya juga mewanti-wanti dan berpesan kepada warga untuk terus mengawasi kondisi air sungai.

Sebab, ada indikasi limbah yang ada di sungai itu sengaja dibuang oleh orang dalam waktu beberapa hari sekali, bukan dari aliran pabrik.

"Kami pasti tindaklanjuti hingga tuntas dan mengetahui sumber penyebabnya. Dan juga kami ambil tindakan tegas jika sudah diketahui penyebab dan pihak yang bertanggungjawab," dia menandaskan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya