Liputan6.com, Jayapura - Situasi Pasar Hamadi dan sekitarnya sejak pagi tadi dalam keadaan normal. Masyarakat setempat dibantu aparat keamanan berusaha membersihkan dan memperbaiki pangkalan ojek yang dirusak oleh puluhan massa tadi malam.
Kapolres Jayapura AKBP Tober Sirait menuturkan, ketegangan yang terjadi di sekitar Pasar Hamadi diakibatkan penganiayaan di depan Hotel Asia, Hamadi, pada Minggu pagi, 27 November 2016, antara sesama teman yang sedang mengkonsumsi minuman keras.
Korban penikaman yang saat ini masih kritis di RSUD Dok II Jayapura membuat masyarakat dan teman-temannya marah. Mereka lalu mencari penikam yang diduga bermukim di sekitar Hamadi.
Meski sempat tegang, persoalan tersebut sudah mereda setelah pihak kepolisian mempertemukan warga Makassar dan Serui yang bertikai. Dalam pertemuan itu juga ditegaskan bahwa penganiayaan itu murni kasus kriminal yang terjadi antarpemuda yang dipengaruhi miras.
"Ketegangan di Hamadi tak ada hubungannya dengan permasalahan suku. Sehingga dari hasil pertemuan tadi sudah ada kesepakatan damai antara kedua belah pihak dan menyerahkan masalah ini kepada kepolisian setempat," kata Tober, Kamis (1/12/2016).
Baca Juga
Sementara itu, salah satu warga Hamadi, Nurlina Umasugi, menuturkan bahwa saat ini aktivitas warga di Hamadi sudah normal. Tak ada lagi ketegangan yang dirasakan seperti malam sebelumnya.
"Pasar sudah mulai buka sejak pukul 05.00 WIT pagi tadi. Masyarakat dan aparat polisi sedang memperbaiki pangkalan ojek yang dirusak massa," kata Lina.
Tak ada lagi masyarakat yang berjaga dengan senjata tajam ataupun berkerumun di lokasi tertentu. Namun, keresahan masyarakat justru muncul akibat berita hoax yang beredar lewat media sosial Facebook.
"Kami hanya meresahkan kabar yang beredar di media sosial yang banyak menyebutkan Masjid Hamadi dibakar ataupun korban penembakan dan ada pengeboman di masjid. Tapi, semua itu tak benar dan kami semua dalam keadaan aman di Hamadi," kata dia.
Warga Hamadi berharap polisi dapat mengantisipasi kabar yang beredar di media sosial agar tak menyebar dan berdampak terhadap hal-hal yang tak berkaitan dengan keadaan di lapangan.
"Kalau bisa, polisi tangkap penyebar isu lewat medsos itu. Kalau tidak, bisa saja ini menjadi masalah baru," ucap Lina.
Advertisement