Daster Kuning Pemberian Jadi Tanda Pengenal Korban Gempa Aceh

Daster kuning itu juga menjadi pemberian terakhir dari sang adik bagi kakak perempuannya yang menjadi korban tewas gempa Aceh.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 09 Des 2016, 07:34 WIB
Diterbitkan 09 Des 2016, 07:34 WIB

Liputan6.com, Yogyakarta - Masih teringat jelas di ingatan Habibi, pada 24 November lalu, kakak kandungnya yang bernama Riska Sukma Aini menelepon. Dalam pembicaraan itu, sang kakak sempat menitip dibelikan daster sembari mengucapkan selamat atas kelulusannya.

Lulusan Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) itu juga dikabari kalau ibunya akan datang ke Jogja. Waktu itu, satu hari sebelum laki-laki berusia 23 tahun itu diwisuda. 

"Saya belikan daster warna kuning model u can see di Pasar Klewer Solo. Ukurannya besar karena kakak saya sedang hamil," ujar pemilik nama lengkap Muhammad Habibi yang ditemui di sela-sela acara doa bersama di Asrama Mahasiswa Aceh Sagan Yogyakarta, Kamis malam, 8 Desember 2016.

Dia tidak pernah menyangka kalau percakapan di telepon dengan perempuan yang usianya dua tahun lebih tua darinya itu merupakan pembicaraan terakhir. Gempa berkekuatan 6,5 SR yang memporak-porandakan Pidie Jaya Aceh merenggut nyawa kakak terkasihnya.

Ia turut tertimbun dalam bangunan ruko yang runtuh akibat tanah bergoyang bersama suami dan calon anak yang akan dilahirkannya pada 19 Desember. Total, ada delapan anggota keluarga ditambah satu calon bayi yang tewas akibat gempa Aceh karena mereka semua berada di dalam bangunan ruko.

Mereka saat itu, tutur Habibi, akan menghadiri pernikahan saudara. Satu hal yang membuatnya semakin sedih adalah Riska ditemukan meninggal di bawah reruntuhan bangunan dengan mengenakan daster kuning dari Habibi.

Laki-laki yang saat ini mengikuti pendidikan profesi mengajar di UNY ini mengaku memiliki keinginan untuk menengok makam kakak dan keluarganya. Seluruh keluarganya yang menjadi korban sudah dievakuasi dan dimakamkan hari itu juga sebelum Maghrib datang.

Namun, keinginannya untuk pulang masih terganjal biaya, kondisi kampung halaman yang belum memungkinkan untuk didatangi, serta jadwal mengajarnya.

Tersedak dalam Tidur

Asri Diana (24), mahasiswa asal Pidie Jaya di Yogyakarta, mungkin bernasib lebih beruntung. Keluarganya selamat dan tidak ada yang menjadi korban gempa Aceh walaupun bagian belakang dan teras rumahnya rusak.

Namun, ia mengaku tak kalah panik ketika mengetahui kampung halamannya rusak akibat gempa bumi. "Saya sempat sangat cemas karena ibu tidak mengangkat telepon, sampai-sampai saya menelepon kakak dan mendapat kabar kalau keluarga selamat," ujar mahasiswa S2 Magister Administrasi Publik Fisipol UGM ini.

Firasat tidak enak pun sudah dirasa bungsu dari tiga bersaudara itu pada Rabu, 7 Desember 2016. Tepat pukul 01.27 WIB, ia terbangun karena tersedak.

"Padahal selama ini, saya tidak pernah terbangun karena tersedak," ujar Asri.

Perempuan yang mengaku penakut ini pun juga terpaksa pergi ke dapur pada dini hari untuk mengambil minum air putih. Satu hal yang tidak pernah dilakukannya selama ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya