Liputan6.com, Yogyakarta - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat sebanyak 16 dari 127 gunung api di Indonesia berstatus di atas normal. Satu gunung api berstatus Awas dan sisanya Waspada.
Satu gunung api yang berstatus Awas adalah Sinabung. Sedangkan gunung api yang berstatus Waspada di antaranya adalah Kerinci, Marapi, Krakatau, Bromo dan Gamalama.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani menjelaskan Gunung Sinabung yang sudah mengalami erupsi sejak 2010 tetap dinyatakan berstatus awas. Sebab hingga saat ini masih terus mengalami erupsi dengan intensitas dua hingga tiga kali per hari yang terkadang disertai dengan luncuran awan panas.
Advertisement
Adapun dari 127 gunung api di Indonesia sebanyak 69 di antaranya dilakukan pemantauan secara terus-menerus karena gunung api tersebut dinyatakan sebagai gunung api aktif.
Baca Juga
Salah satu gunung api yang mendapatkan pemantauan secara ketat adalah Gunung Merapi yang berada di perbatasan DIY dengan Provinsi Jawa Tengah.
"Peralatan pemantauan yang kami pasang di Gunung Merapi sudah sangat lengkap sehingga denyut nadi Merapi bisa dipantau kapan saja," katanya di sela kegiatan Merapi Volcalno Expo 2016 di Yogyakarta, Rabu 14 September 2016, seperti dilansir Antara.
Sejak mengalami letusan hebat pada 2010, status gunung api itu dinyatakan normal. Saat ini mulai muncul gempa vulkanik dengan intensitas ringan yang disebabkan aktivitas magma.
"Kami terus lakukan pemantauan dari berbagai indikator mulai dari deformasi puncak, geokimia, suhu dan indikator lainnya," kata Kasbani.
Ia menyebut, Gunung Merapi biasanya memiliki siklus letusan empat tahun sekali. Namun, karena sudah meletus hebat dengan mengeluarkan jutaan meter kubik material, maka saat ini yang terjadi adalah pengisian dapur magma.
"Bisa saja pengisian ini membutuhkan waktu lama. Namun, kami tetap waspada dan melakukan pemantauan secara terus-menerus," ujar Kasbani.
Sementara itu, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) I Gusti Made Agung Nandaka mengatakan, masih ada sekitar 20 juta meter kubik material sisa eruspsi Merapi 2010 yang berada di seputar lereng khususnya di sungai yang berhulu di Merapi.
"Jumlahnya sudah berkurang, sehingga potensi terjadinya banjir lahar dingin juga sudah lebih kecil dibanding enam tahun lalu," kata Nandaka.
Meskipun demikian, lanjut dia, warga yang bermukim di lereng gunung tetap diminta waspada khususnya di sekitar Sungai Gendol karena bukaan kawah Gunung Merapi mengarah ke lokasi tersebut.
"Daerah rawan bencana di seputar Sungai Gendol juga bertambah panjang menjadi sekitar 20 kilometer dari puncak," ucap Nandaka.
Ia pun mengingatkan agar masyarakat mencari sumber informasi yang tepat mengenai aktivitas Gunung Merapi, sehingga tidak memperoleh informasi bohong dan tidak sesuai kondisi di lapangan.
"Kami akan mencoba bersama instansi lain untuk menyusun standar penyampaian informasi kepada masyarakat agar masyarakat tidak resah terhadap informasi yang salah," ia memungkasi.