Pengungsi Timur Tengah Sudah 15 Hari Mogok Makan di Jayapura

Sebelum dititipkan di Jayapura, Papua, Mojtaba dan dua temannya sempat tinggal di Rudenim Makassar, Sulsel.

oleh Katharina Janur diperbarui 16 Des 2016, 17:21 WIB
Diterbitkan 16 Des 2016, 17:21 WIB
Pengungsi mogok makan
Salah satu dari tiga pengungsi asal Irak, Palestina dan Afghanistan yang mogok makan di Rudenim Jayapura, Papua. (Liputan6.com/Katharina Janur)

Liputan6.com, Jayapura - Tiga pengungsi asal Irak, Palestina dan Afghanistan mogok makan sejak 15 hari lalu. Ketiganya adalah Mojtaba Pedram Jaddi (36), Syed Mansoor Hussain (31), dan Ghassan Muthana (34).

Salah satu pengungsi, Mojtaba warga negara Irak menuturkan, mogok makan sebagai bentuk protes terhadap penitipan dirinya di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Jayapura, Papua, sejak tujuh bulan lalu.

"Kami hanya minum air putih. Kadang juga teh manis. Kalau nasi, susu, roti ataupun mi instan kami tak makan itu. Beberapa hari lalu, saya sempat mau jatuh, karena mataku sudah gelap," ucap Mojtaba dalam pesan singkat kepada Liputan6.com, Jumat, 16 Desember 2016.

Sebelum dititipkan di Jayapura, Mojtaba dan dua temannya sempat tinggal di Rudenim Makassar, Sulawesi Selatan. Penempatan mereka di Jayapura, menurut dia, adalah penipuan dari petugas Rudenim Makassar.

"Saat pemindahan dari Makassar, kami ditunjukkan tiket pesawat ke Surabaya. Tetapi kenyataannya, justru diterbangkan ke Jayapura dan kami ditempatkan dalam sebuah sel. Walaupun setiap harinya, sel itu dibuka mulai pukul 08.00 hingga 21.00 WIT," ujar dia.

Akibat masalah ini, tiga bulan lalu, Syed Mansoor sempat melakukan percobaan bunuh diri di kamarnya. Yakni, memotong urat nadi pada bagian tangannya.

"Kami bertiga sepakat untuk melakukan aksi mogok makan, hingga kami dipindahkan ke luar dari Jayapura," tutur Mojtaba yang telah memegang kartu registrasi Komisioner Tinggi PBB Urusan Pengungsi atau UNHCR sejak 2 Agustus 2013.

Salah satu dari tiga pengungsi asal Irak, Palestina dan Afghanistan yang mogok makan di Rudenim Jayapura, Papua. (Liputan6.com/Katharina Janur)

Mojtaba menambahkan, kedua rekannya yang ikut mogok makan ini pernah menghuni Rudenim Makassar sejak 22 bulan lalu dan 14 bulan dari Rudenim Kupang, Nusa Tenggara Timur.

"Padahal sudah ada penolakan dari Gubenur Papua untuk imigran, tetapi mengapa kami tetap dikirim ke sini?" ia kembali mempertanyakan.

Sementara itu, Kepala Rudenim Jayapura Eko Dirgantara Irianto mengakui adanya mogok makan para imigran. Ketiga pengungsi mogok makan karena minta dipindahkan dari Jayapura.

"Mereka mogok makan nasi. Tetapi tetap konsumsi roti dan minum susu. Kami tetap memberikan menu makan setiap hari sesuai ketentuan," kata Eko.

Adapun Rudenim Jayapura saat ini berisi 21 imigran yang berasal dari berbagai negara, di antaranya Irak, Iran, Afghanistan, Palestina, dan Ethiopia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya