Pagi Hening dan Kisah Bijak di Candi Sojiwan

Candi Sojiwan mulai dikenal karena letaknya yang berdekatan dengan Candi Prambanan.

oleh Yanuar H diperbarui 23 Jan 2017, 06:01 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2017, 06:01 WIB
Salam Pagi
Suasana pagi hari yang hening menyelimuti Candi Sojiwan di Kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. (Liputan6.com/Yanuar H)

Liputan6.com, Klaten - Suasana pagi hari menyelimuti Candi Sojiwan. Suasana hening dan tenang sungguh terasa di area candi di Kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Letaknya yang berdekatan dengan permukiman warga membuat suasana desa sungguh terasa.

Candi Sojiwan mulai dikenal karena letaknya yang berdekatan dengan Candi Prambanan. Candi yang diperkirakan dibangun sekitar abad IX Masehi itu diprakarsa oleh Raja Balitung untuk menghormati sang nenek Nini Haji Rakryan Sanjiwana.

Legowo, warga sekitar yang tinggal di Dusun Sojiwan, Desa Kebondalem Kidul, menuturkan Candi Sojiwan dikenal dengan candi yang memuat relief tentang fabel atau cerita binatang.

Berbagai cerita dalam relief candi dapat dilihat. Seperti cerita gajah dan kambing, garuda dan kura-kura, serta ketam dengan brahmana. Namun, masyarakat lebih mengenal dengan baik cerita ketam dengan brahmana. Masyarakat menyebutnya dengan ketam balas budi.

"Cerita ketam balas budi itu bahkan sudah diaplikasikan dengan sendratari. Itu kalau di Prambanan kan tari Ramayana kalau kita ketam balas budi," ucap dia, Minggu, 22 Januari 2017.

Legowo menceritakan pada waktu itu ada brahmana yang memulai perjalanan ke suatu tempat dan dijumpai ketam yang hampir mati, karena jauh dari air. Ketam itu lalu dipungut brahmana dan dimasukkan ke telaga, sehingga ketam itu bisa hidup dan sehat.

Lalu, brahmana melanjutkan perjalanan dan beristirahat di suatu tempat. Namun saat istirahat itu ada ular dan burung gagak mau merencanakan untuk menyerang brahmana itu. Ketam ini pun mendengar dan mengutarakan mau bergabung.

"Lalu akhirnya ketam bilang caranya gini kalau mau bunuh brahmana. Si ular diminta menjulurkan kepalanya sepanjang-panjangnya, begitu juga dengan gagak. Lalu mereka dicapit oleh ketam dan matilah mereka dan brahmana diselamatkan," tutur dia.

Suasana pagi hari yang hening menyelimuti Candi Sojiwan di Kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. (Liputan6.com/Yanuar H)

Legowo mengatakan pula, cerita itu bertujuan untuk menyampaikan nilai moral kepada masyarakat. Dengan demikian, masyarakat dapat mengambil intisari dari relief-relief yang ada di Candi Sojiwan. Beberapa relief ini sudah diaplikasikan melalui motif batik dan sebagian diaplikasikan dalam tarian yang berjudul "Ketam Balas Budi".

"Itu jadi tarian dan pentas di beberapa tempat. Melibatkan 28 penari. Penari orang sini semua," ujar dia.

Adapun Candi Sojiwan tampak cantik saat ini. Namun, kecantikan candi ini telah melalui beberapa tahap pascagempa bumi pada 27 Mei 2006. Saat ini Candi Sojiwan juga mulai dikunjungi wisatawan, terutama setelah berkunjung di Candi Prambanan.

"Dipugar tahun 2006 hampir selesai, roboh lagi, roboh hampir setinggi jendela itu separuh lebih lalu dipugar lagi tahun 2012 dan baru diresmikan," warga sekitar Candi Sojiwan itu memungkasi.



POPULER

Berita Terkini Selengkapnya