Liputan6.com, Solo - Museum Radya Pustaka menyimpan benda-benda kuno. Selain menyimpan arca, keris, ataupun wayang, museum di kawasan Sriwedari ini juga menyimpan naskah kuno. Tak hanya karya sastra pujangga dari Jawa saja, di sini ada juga karya sastra China.
Staf digitalisasi Museum Radya Pustaka, Kurnia Heniwati, menjelaskan di museum tersimpan dua naskah kuno yang ceritanya berdasar pada kesusasteraan China. Dua naskah itu adalah Babad Sam Kok dan Tong Tya. Dua naskah ini keluaran 1890.
"Naskah ini ditulis oleh orang China juga, terlihat dari namanya. Babad Sam Kok ditulis Babah Tan Ing Syu. Cerita ini ditulis dalam jilid 1-5. Sedangkan Tong Tya ditulis oleh Babah Tan Ing Syu dan Tjan Tjoen Thiang. Kalau yang naskah ini ditulis dari jilid 1-7, " tutur perempuan yang kerap disapa Nia ini kepada Liputan6.com, Sabtu (28/1/2017).
Liputan6.com melihat dari dekat dua naskah kuno ini. Kondisi naskah itu masih sangat baik. Naskah ini ditulis di atas kertas Eropa. Menariknya, meski diambil dari cerita soal Tiongkok, naskah kuno itu ditulis dengan aksara Jawa.
Baca Juga
"Babad Sam Kok bercerita tentang dinasti tiga negara, sebelum berdirinya Dinasti Han. Di Tiongkok, cerita Sam Kok merupakan salah satu karya klasik legendaris. Kemudian naskah Tong Tya atau Babad Tang Ti Au ini bercerita tentang Dinasti Tang," kata Nia.
Keunikan lain dari dua naskah ini adalah format penulisannya. Bukan hanya ditulis dalam bentuk aksara Jawa, tetapi ditulis dalam bentuk macapat. Dalam sastra Jawa, macapat adalah tembang atau puisi.
"Nah, di sini keunikan lainnya. Tokoh-tokohnya bernama Tiongkok. Ceritanya dari China, tetapi tulisan aksara Jawanya dalam bentuk macapat," kata Nia.
Advertisement