Aksi Penyelamatan Bambu Tutul, Si Emas Hijau Warga Sleman

Bambu Tutul tergolong jenis bambu yang hampir punah karena hanya ditemukan satu rumpun kecil saja di lahan warga.

oleh Liputan6 diperbarui 13 Feb 2017, 10:33 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2017, 10:33 WIB

Liputan6.com, Sleman - Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berhasil menyelamatkan sejumlah jenis tanaman bambu yang hampir punah.

"Salah satu jenis bambu yang berhasil kami selamatkan adalah jenis Bambu Tutul atau Bambusa maculata," kata peneliti dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Biotektonogi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPP BPTH) Yogyakarta Fithry Ardhany di Sleman, dilansir Antara, Senin (13/2/2017).

Menurut dia, tanaman bambu jenis tutul di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sudah sulit ditemui dan dapat dikatakan hampir punah. Di tengah pencarian, mereka menemukan rumpun kecil bambu langka itu di daerah Condong Catur, Depok, Sleman.

"Satu rumpun itu pun terancam hilang karena pemilik lahan membongkarnya karena akan didirikan bangunan," kata dia.

Sebelum rumpun bambu tutul tersebut dirombak, pihaknya telah mengambil beberapa tunas dan batangnya untuk dikembangbiakkan.

"Kami berhasil mengembangbiakkan bambu jenis tutul ini. Nantinya bibit-bibit bambu tutul ini akan kami sebar luaskan ke masyarakat yang berminat untuk dikembangkan lagi," kata Fithry.

Fithry mengatakan bambu tutul banyak dibutuhkan untuk produk-produk kerajinan maupun mebel karena memiliki pola dan warna alami yang menarik, yakni kuning dengan totol-totol cokelat pada batangnya.

"Karena banyak dibutuhkan untuk kerajinan dan mebeler, maka bambu tutul ini banyak ditebang untuk memenuhi kebutuhan industri. Namun, mereka lupa untuk mengembangbiakkannya sehingga lambat laun habis dan hampir punah," ucap dia.

Ia mengatakan bambu salah satu komoditas yang memiliki prospek cukup menjanjikan bila dikembangkan dalam skala luas. Dibandingkan komoditas kayu, bambu bisa memberi manfaat secara ekonomi dan ekologis relatif lebih cepat, yakni empat hingga lima tahun.

"Manfaat ekonomis lainnya adalah pemasaran produk bambu baik berupa bahan baku pengganti kayu maupun produk jadi sangat terbuka untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun ekspor," ujar Fithry.

Dari sisi ekologis, kata dia, tanaman bambu memiliki kemampuan menjaga keseimbangan lingkungan karena sistem perakarannya dapat mencegah erosi dan mengatur tata air serta dapat tumbuh pada lahan marginal.

Khusus bagi warga Kabupaten Sleman, terdapat 1.759 unit usaha yang mengelola kerajinan bambu yang terkonsentrasi di Kecamatan Mlati, Moyudan, Minggir, dan Godean, pada 2012. Jumlah tersebut menyerap tenaga kerja 3.497 orang dengan nilai investasi sebesar Rp 10 miliar lebih dengan nilai produksi Rp 13 miliar lebih.

"Bagi Kabupaten Sleman, bambu dapat diibaratkan emas hijau yang menjadi komoditas andalan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat," kata Fithry.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya