Liputan6.com, Solo - Buku bacaan anak Aku Belajar Mengendalikan Diri terbitan Tiga Ananda bikin heboh. Pasalnya, dalam buku yang berlabel untuk anak dengan pendampingan orangtua itu memuat konten yang bisa memicu persepsi anak sedang masturbasi. Penerbit akhirnya menarik buku tersebut dari peredaran.
Berdasarkan pantauan Liputan6.com, buku berwarna tersebut menggambarkan seorang anak sedang tidur dan memeluk guling. Lalu di bagian atas ada tulisan "Iseng aku menggerakkan tubuhku naik turun. Eh, ternyata asyik juga rasanya jantungku berdebar, tapi aku senang".
General Manager Tiga Ananda, Mas Admuawan, mengakui bahwa Aku Belajar Mengendalikan Diri merupakan produk dari penerbitan perusahaannya. Penerbit Tiga Ananda merupakan anak perusahaan Tiga Serangkai.
Advertisement
"Buku ini sudah kami tarik sejak pertengahan Desember lalu. Penarikan karena banyaknya masukan dan komplain dari masyarakat bahwa buku ini terlalu kebablasan dalam penggambarannya," kata dia di kantor Tiga Serangkai, Solo, Selasa (21/2/2017).
Baca Juga
Ia menjelaskan, sejak awal, penerbitan mencetak sekitar 3.500 eksemplar. Namun, dari jumlah itu, sudah sekitar 1.000 eksemplar yang sudah terjual.
"Sisanya sudah kita tarik semua, lalu kita hancurkan. Ini penarikan masih dalam proses. Kita harapkan pada Februari bisa kami tarik semua buku ini dari peredaran, " kata dia.
Admuawan menjelaskan, buku Aku Belajar Mengendalikan Diri ini diterbitkan untuk membantu orangtua menjelaskan kepada anak-anak tentang pentingnya perlindungan diri dan mengajarkan anak-anak untuk melindungi diri dari ancaman penyakit dan kejahatan seksual anak. Selain itu, buku ini juga diharapkan dapat memberikan pendidikan seksual anak-anak sejak dini.
"Buku ini juga mengangkat pengendalian diri anak yang dilatarbelakangi adanya fenomena anak yang mendapat keasyikan menyentuh atau memainkan alat kemaluannya," ucap Admuawan.
Dalam penulisan buku ini, dia menegaskan, pihaknya juga telah berkonsultasi dengan dokter anak dan psikolog. Namun, pihaknya mengakui adanya kekhilafan dalam bentuk pengemasannya sehingga menjadikan pembaca tidak nyaman.
"Oleh sebab itu, kami meminta maaf. Kami mengakui khilaf. Jadi niat baik saja itu belum cukup, harus disaksikan dengan baik dan benar. Makanya, kami menarik semua buku. Itu untuk menghindari salah persepsi," kata Mas Admuawan.