Ada Pesan Penting Sultan HB I di Balik Motif Batik Sawo Kecik

Motif sawo kecik menjadi ciri khas masjid yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan HB I.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 29 Mar 2017, 09:34 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2017, 09:34 WIB
Ada Pesan Penting Sultan HB I di Balik Motif Batik Sawo Kecik
Motif sawo kecik menjadi ciri khas masjid yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan HB I. (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Yogyakarta - Masjid Sultoni Pathok Negoro Plosokuning, Ngaglik, Sleman melestarikan filosofi leluhurnya lewat pembuatan batik bermotif Sawo Kecik. Sawo kecik merupakan salah satu ciri masjid yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan HB I.

Ada empat pohon sawo kecik yang berada di areal masjid yang berfungsi sebagai early warning system (EWS) sewaktu perang melawan penjajah Belanda. Bahkan, salah satu pohonnya sudah berusia 250 tahun, menjulang tinggi di sebelah utara masjid.

"Sawo kecik merupakan filosofi dari sawo kecik yang coba kami tuangkan dan perluas dalam motif batik," ujar M Kamaluddin Purnomo, takmir Masjid Sulthoni Pathok Negoro Plosokuning kepada Liputan6.com, Senin, 27 Maret 2017.

Ia mengungkapkan motif sawo kecik merupakan dakwah yang mengajarkan manusia harus selalu berpikiran baik kepada siapa saja, kepada Tuhan dan sesama. Lewat motif batik yang dipakai sebagai pakaian, baju tidak sekadar menjadi penutup aurat, melainkan juga untuk membangun diri.

Batik Sawo Kecik, kata Kamaluddin, akan menjadi kekhasan Masjid Pathok Negoro di Plosokuning dengan rincian corak daun, sawo, dan potongan kecik. Pembuatan batik itu bekerja sama dengan Universitas Negeri Yogyakarta.

Motif sawo kecik menjadi ciri khas masjid yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan HB I. (Liputan6.com/Switzy Sabandar)
Rencananya, batik sawo kecik diluncurkan pada 4 Mei mendatang bertepatan dengan haul imam pertama Masjid Sulthoni Pathok Negoro, Mustofa.

"Kalau sekarang baru contoh batik yang jadi, seperti yang dikenakan oleh Gus Taqi, pimpinan ponpes Qashrul Arifin Yogyakarta," ucap dia.

Di DIY, ada empat Masjid Pathok Negoro yang dibangun sepanjang 1723-1819. Di sisi selatan terdapat Masjid Dongkelan, Kasihan, Bantul, timur terdapat Masjid Babadan, Berbah, Sleman, sebelah utara Masjid Plosokuning, Ngaglik Sleman, dan sisi barat Masjid Mlangi, Gamping, Sleman.

Pathok negoro merupakan sebutan untuk penghulu pada peradilan surambi, salah satu jabatan struktur pemerintahan di lingkungan Keraton Yogyakarta. Mereka menempati Desa Perdikan dan mendirikan masjid. Dalam perjalanannya, para pathok negoro ini menjadi pemimpin jamaah masjid.

Selain sebagai tempat ibadah, masjid pathok negoro juga berfungsi untuk tempat pertahanan, tempat belajar, majelis taklim, peradilan serambi, kegiatan keagamaan masyarakat, dan sebagainya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya