Mengenal Ice Habibie, Si Penakluk Ular King Kobra dari Riau

Bagi Ice Habibie, digigit ular berbisa, termasuk king kobra, seperti digigit serangga saja. Ia hanya demam selama beberapa hari.

oleh M Syukur diperbarui 03 Apr 2017, 14:02 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2017, 14:02 WIB
Mengenal Ice Habibie, Si Penakluk Ular King Kobra dari Riau
Bagi Ice Habibie, digigit ular berbisa, termasuk king kobra, seperti digigit serangga saja. Ia hanya demam selama beberapa hari. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Nama Ice Habibie mendadak menjadi buah bibir masyarakat Riau, khususnya di Kabupaten Kampar. Dia menjadi "buruan" warga yang ingin menyaksikan langsung pria 22 tahun itu bermain dengan ular pembunuh, King Kobra.

Aksi warga Desa Simalinyang, Kecamatan Kampar Kiri Hilir, itu menjadi viral setelah akun Facebook atas nama M. Iral Septiadi mengunggah empat foto dan sebuah video Ice bermain dengan dua King Cobra.

Ice kemudian dijuluki Panji Sang Penakluk dari Riau. Bahkan, ada beberapa orang yang menyebut keahliannya melebihi Panji. Sebab, Ice tidak hanya menaklukkan ular, tapi juga menjadikan temannya.

Hal itu berbeda sekali dengan Panji--pawang ular ternama--yang hanya menangkap ular, tapi tak tahan dengan bisanya. Sementara Ice selain menangkap, juga disebut kebal terhadap zat beracun yang dihasilkan ular melalui taringnya.

"Pertama kali digigit ular sewaktu kecil. Ice hanya mengalami demam selama beberapa hari," kata teman dekat Ice, Roni Kurniawan, Minggu petang, 2 April 2017.

Kejadian digigit ular tak hanya sekali dialami Ice. Dalam setiap kejadian, tak satu pun yang berakibat fatal bagi pria berambut mohawk itu.

Berdasarkan pengakuannya kepada Roni, Ice menyebut gigitan ular seperti gigitan serangga. Bisa yang dihasilkan ular tak lebih membuat dirinya demam dan kemudian membaik selama beberapa hari.

"Katanya seperti digigit serangga, hanya demam," kata Roni yang mengaku sudah berteman sejak kecil dengan Ice.

Roni menyebut Ice tak fasih berbahasa Indonesia. Tinggal bersama ayah dan ibunya, Ice dikatakannya hanya mampu berbahasa daerah dan jarang berbicara kepada orang alias pendiam.

Dia pun disebut bisa berbicara dengan ular, tentunya memakai bahasa isyarat yang tak dimengerti orang lain. Hal ini dapat dilihat dari Ice bercengkrama dengan ular-ular yang berhasil ditangkapnya.

Dalam menjalani kesehariannya, Ice berusaha membantu orangtuanya dengan bekerja serabutan, termasuk menerima tawaran dari orang untuk menangkap ular di kebun ataupun yang masuk perkampungan.

"Kalau ada yang minta jasa dia untuk nangkap ular, kadang dibayar Rp 200 hingga Rp 500 ribu jika berhasil menangkap," tutur Roni.

"Nah, ular yang di foto di Facebook baru saja ditangkap lima hari lalu. Itu hewan liar, panjangnya sekitar 4 hingga 5 meter," ujar Roni.

Setiap ular yang ditangkap, selalu saja diajak bermain dan dibuatkan kandang. Dia juga membolehkan warga sekitar yang ingin memegang ataupun ikut bermain dengan ular.

Tentunya bagi warga, Ice memasangkan sarung di kepala ular atau memegangnya. Hal ini untuk menghindari gigitan ular yang masih berbisa dan masih liar serta siap mematok kapan-kapan saja.

"Untuk keamanan warga dipasang sarung. Kalau Ice sendiri yang main tidak pakai apa-apa, seperti sudah jinak ular itu bersamanya," kata Roni.

Roni menyebut Ice sudah mulai menangkap ular sejak berusia belasan tahun. Dia pun kemudian dikenal oleh warga sampai ke desa tetangga dan sering dimintai tolong untuk menjinakkan reptil itu.

Ke depan, Ice bakal diajak bergabung dengan Komunitas Pencinta Reptil sebagai anggota. Sebab, banyak hal bisa digali dari keahlian Ice.

"Kita mau ajak gabung ke komunitas pastinya. Unik soalnya," tutur Roni.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya