Liputan6.com, Mamuju - Kepolisian Daerah Sulawesi Barat terus berupaya meredam konflik antara warga dan ular piton. Belakangan ini konflik memang 'memanas'. Setelah kejadian ular piton menelan petani dan nyaris terulang dengan korban lain, warga intensif menangkapi ular piton yang merangsek pemukiman.
Untuk meredamnya, Kapolda sudah menginstruksikan para Kapolres se-Sulbar untuk berkoordinasi dengan Kepala Dinas Kehutanan masing-masing. Salah satu yang ditekankan Kapolda adalah imbauan agar masyarakat tetap tenang dan menjalankan aktivitas berkebun seperti biasanya.
"Imbauannya itu untuk tetap lakukan aktivitas namun tetap waspada serta tidak turun ke kebun seorang diri tapi dalam ikatan tim minimal tiga orang," kata Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Barat (Sulbar), AKBP Mashurah  kepada Liputan6.com, Rabu (5/4/2017).
Advertisement
Baca Juga
Mashurah mengatakan saat ini seluruh personel Bhabinkamtibmas di Sulbar sudah dikerahkan untuk terus memberikan arahan dan pendampingan kepada warga agar tetap berkebun dengan normal.
"Bhabinkamtibmas kita sudah proaktif di lapangan dalam memberikan imbauan kepada warganya masing-masing, khususnya para petani kelapa sawit," kata dia.
Sebelumnya, tiga ekor ular piton raksasa berhasil ditangkap warga Mamuju, Sulbar, Senin 3 April 2017. Ketiga ekor ular yang ditangkap tersebut diyakini warga sebagai kawanan ular piton yang telah menelan hidup-hidup petani kelapa sawit asal Desa Salo Biro Kecamatan Karossa, Mamuju Tengah, Sulbar, Akbar (28) hingga kemudian dinyatakan tewas.
Ular piton sepanjang 7 meter itu ditangkap warga di lokasi yang berbeda masing-masing di dekat kantor pajak Mamuju, dalam kanal Kompleks Pemda Mamuju serta Di dekat Bandara Mamuju. Ketiga ekor piton yang ditangkap itu, langsung ditebas dengan parang kemudian dikeringkan di bawah terik matahari dan dikuliti.