Cuaca Ekstrem Paksa Nelayan Tulungagung 'Melaut' di Darat

Nelayan harus bekerja sebagai petani sampai buruh agar tetap dapat penghasilan daripada rugi jika nekat melaut.

oleh Zainul Arifin diperbarui 08 Apr 2017, 08:00 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2017, 08:00 WIB
Cuaca Ekstrem Paksa Nelayan Tulungagung Beraktivitas di Darat
Nelayan di Teluk Popoh, Tulungagung, memperbaiki jaring dan perahu selama tak bisa melaut akibat cuaca buruk (Zainul Arifin/Liputan6.com)

Liputan6.com, Tulungagung Suasana di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Popoh di Desa Besole, Kecamatan Besuki, Tulungagung, Jawa Timur, tampak lengang. Beberapa nelayan duduk sembari ngobrol ringan, sebagian lagi memperbaiki jaring dan perahu mereka yang tertambat di dermaga.

Tidak ada aktivitas bongkar muat ikan hasil tangkapan nelayan. Pemandangan itu sudah terjadi sejak dua tahun terakhir. Para nelayan tak berani melaut lantaran cuaca ekstrem berkepanjangan. Hujan terus mengguyur disertai angin kencang dan gelombang setinggi lebih dari 2 meter.

Salah seorang nelayan, Anggi Apriliyanto menyebut para nelayan di Teluk Popoh memilih menyandarkan perahu di dermaga lantaran ikan sulit ditangkap akibat cuaca buruk.

"Rugi kalau tetap memaksakan diri melaut karena cuaca buruk sejak dua tahun terakhir ini. Tidak ada ikan yang bisa ditangkap," ujar Anggi di Tulungagung, Jumat (7/4/2017).

Kalau pun tetap nekat mencari ikan, paling jauh perahu berada 1 mil dari lepas pantai. Hasil tangkapan pun tak sebanding dengan biaya operasional. Sekali melaut, nelayan harus merogoh duit sedikitnya Rp 200 ribu untuk bahan bakar.

Jika beruntung, sekali melaut di sekitar teluk nelayan hanya mendapat hasil berupa udang kecil seberat 10 kilogram. Udang yang oleh nelayan setempat disebut udang dogol dan udang umban itu merupakan bahan baku pembuatan terasi. Biasanya, udang dibeli pedagang sebesar Rp 40 ribu.

"Ikan tak ada, di sekitar teluk hanya mencari udang. Itupun hasilnya tak pasti, lebih sering pulang tanpa hasil tangkapan," tutur Anggi.

Seorang nelayan lainnya, Rudi Santoso mengatakan, saat musim pacelik seperti ini sebagian nelayan memilih bekerja di sektor lain untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

"Kalau sepi seperti sekarang ini nelayan kerjaan seadanya, jadi petani, berdagang dan apa saja yang bisa dikerjakan," tutur Rudi.

Bila turun hujan, ikan menghindari arus deras permukaan dan cenderung ke laut dalam untuk mencari air yang lebih hangat. Dampaknya, nelayan sulit mendapat tangkapan. Di wilayah PPI Popoh ada ratusan nelayan yang melaut saat cuaca normal. Di tempat ini biasanya aktivitas bongkar muat sekaligus menjual ikan tangkapan nelayan.

"Lebih baik beraktifitas di darat daripada nekat melaut tapi rugi," kata Rudi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya