Unair Ciptakan Penangkal Virus Flu Burung dari Kuning Telur

Ada dua penangkal virus flu burung yang diciptakan peneliti Unair yang bekerja saling melengkapi.

oleh Dhimas Prasaja diperbarui 10 Apr 2017, 13:34 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2017, 13:34 WIB
Benarkah Konsumsi Kuning Telur Memicu Kolesterol?
Benarkah Konsumsi Kuning Telur Memicu Kolesterol?

Liputan6.com, Surabaya - Siapa sangka kuning telur berkhasiat sebagai penghambat pertumbuhan virus flu burung atau Avian Influenza (AI) pada hewan ternak. Hal itu berdasarkan penelitian ahli virologi dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof. Suwarno.

Berdasarkan studi tersebut, ia kemudian menciptakan dua produk yang dinamai anti-hemaglutinin antibody (AHA) dan anti-neuraminidase antibody (ANA).

"Kedua jenis obat itu bisa menghambat dan mematikan pertumbuhan virus AI yang sudah menjangkiti hewan ternak. Obat AHA dan ANA adalah bentuk alat terapi yang kita ekstrak dari kuning telur," tutur Suwarno di Surabaya, Kamis, 6 April 2017.

Ia menerangkan, ekstrak kuning telur itu diambil ketika dalam fase menjelang bertelur pada dua kelompok ayam yang terinfeksi virus flu burung. Selanjutnya, kedua kelompok ayam tersebut diberi vaksinasi AI.

Kelompok pertama diimunisasi dengan protein hemaglutinin dari virus AI, sedangkan kelompok kedua diimunisasi dengan protein neuraminidase dari virus yang sama.  Setelah kelompok ayam itu bertelur, ia mengekstrak telur dan hanya mengambil kuning telur.

"Setelah diekstrak, diambil antibodi dan melakukan pemurnian protein. Pemurnian hemaglutinin dan neuraminidase diformulasi dan ditambah dengan kolostrum (susu dari sapi yang keluar pertama kali), beberapa jenis vitamin, mineral, dan asam amino. Dari situlah, produk bernama AHA dan ANA bermula," tutur dia.

Suwarno mengungkapkan, cara pemberian obat cukup disemprotkan ke dalam paruh ayam dengan dosis sekitar 1 ml. Apabila diberikan maksimal dua hari sejak virus flu burung menginfeksi tubuh ayam, obat AHA dan ANA dapat menghambat 80 hingga 100 persen pertumbuhan virus AI. Dengan begitu, ayam bisa selamat dari kematian.

"Kedua jenis obat tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Obat AHA digunakan untuk mencegah menempelnya virus AI ke dalam sel. Sedang obat ANA digunakan untuk mencegah keluarnya virus AI dari sel," ujar dia.

Penangkal Virus Flu Burung Mulai Dilirik

Unair Ciptakan Penangkal Virus Flu Burung dari Kuning Telur
Ada dua penangkal virus flu burung yang diciptakan peneliti Unair yang bekerja saling melengkapi. (Liputan6.com/Dhimas Prasaja)

Obat tersebut akan berfungsi optimal bila diberikan maksimal dua hari sejak virus AI menginfeksi tubuh ayam. Namun bila lebih dari dua hari, penggunaan dua obat itu perlu dikombinasikan.

"Jadi, ketika virus keluar dari sel, kita tangkap dengan ini. Ini supaya virusnya tidak menempel dalam sel. Kalau berkembang biak, virus keluar dari sel, maka akan ditangkap dengan ini (ANA)," kata Suwarno.

Riset mengenai ekstrak kuning telur yang digunakan untuk mengobati ayam yang terinfeksi virus AI sudah dimulai sejak 2009. Berjalan tujuh tahun lalu, obat itu mulai diujicobakan pada ayam-ayam yang terinfeksi virus AI di peternakan ayam di Blitar, Malang, dan beberapa wilayah terjangkit lainnya.

Dari beberapa kali uji coba di lapangan, pada kasus-kasus sedang, antibodi tersebut mampu menghambat pertumbuhan virus hingga 60 persen.

Keistimewaan lainnya yang dimiliki obat AHA dan ANA adalah kemampuan untuk mengobati virus dengan risiko kematian tinggi atau Highly Pathogenic AI (HPAI) dan risiko rendah atau Low Pathogenic AI (LPAI) Virus. Selain itu, obat AHA dan ANA bisa mengobati berbagai virus AI subtipe H5N1, H5N9, dan H5N2.

"Kalau ayam terinfeksi HPAI pasti mati. HPAI tidak menunjukkan gejala, tapi kalau tubuhnya diisolasi, hasilnya positif. Seringkali, mahasiswa koas (co-assistant) menemukan itu di laboratorium," ungkap pria yang juga anggota Tim Komisi Obat Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian RI itu.

Peneliti kelahiran Tuban itu mengaku, produk buatannya sudah dilirik oleh sejumlah perusahaan. Namun, ia masih perlu menyempurnakan kemasan obat AHA dan ANA. Sebab bila obat tersebut dimanfaatkan untuk populasi yang besar, ia masih perlu menambah netto setiap kemasan.

"Tujuannya biar lebih praktis. Karena awalnya dibuat individual, kita bikin yang spray (semprot) seperti ini. Kalau mau efektif, ya tinggal dilarutkan dalam air. Tidak sampai dua jam, pasti air tersebut akan dihabiskan sama ayam. Jadi, prinsipnya mirip dengan vaksinasi," ujar Suwarno.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya