Liputan6.com, Surabaya - Tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Norma Syahnasa Diah Islami (21), Olga Putri Sholica (19) dan Ericza Damaranda Sugita (21) membuat batako ramah lingkungan dengan memanfaatkan cangkang kerang.
Ditemui di Surabaya, Senin, 24 April 2017, Norma mengatakan dia dan kedua rekannya mendapat ide membuat batako dari cangkang kerang dari peningkatan permintaan paving block yang membuat kebutuhan akan semen semakin banyak.
"Dari situ, kami berusaha mencari alternatif bahan yaitu cangkang kerang," kata Norma yang merupakan mahasiswa Jurusan Transportasi Laut, dilansir Antara.
Dia mengatakan, selama ini pemanfaatan cangkang kerang masih terbatas dan hanya digunakan untuk hiasan. "Padahal, kandungan logam berat dalam cangkang kerang bersifat menyerupai batu kapur atau gamping, yaitu mengandung CaO yang kuat sampai 67,09 persen," ujarnya.
Selama ini, cangkang kerang juga dijadikan bahan campuran pakan ternak. Padahal, kandungan logam berat pada kerang tidak baik jika dikonsumsi ternak karena sifatnya mirip gamping.
Baca Juga
Dari ide itu, mereka menyusun abstrak pada Maret 2016 dan dinyatakan lolos untuk dilanjutkan pembuatan proposal dan video. Akhirnya, mereka lolos final presentasi pada Oktober 2016 di Singapura.
"Kami membuat prototype mesin pembuat batako ini dengan nama Shredder and Processing Waste Seassheells (Seprows). Jadi, mesinnya terhubung dengan penggiling kerang untuk dojadikan bubuk menyerupai pasir," kata salah satu anggota Olga Putri Sholica.
Olga mengungkapkan alat yang mereka buat terdiri dari tiga alat. Pertama, hammer mill sebagai penggiling cangkang kerang sampai halus. Kemudian disalurkan dengan konveyor menuju mixer machine.
"Kalau sudah ke brick molding buat jadi batako. Alat ini lebih efektif dari pada membuat batako manual, kekuatannya juga lebih kuat 5 persen dari batako biasa. Selain itu juga lebih hemat semen dengan batako lainnya," kata dia.
Dia menambahkan, hasil batako lebih kuat karena teksturnya yang lebih halus. Mereka menggunakan 5 persen bubuk cangkang kerang untuk setiap batako jumlah ini dilengkapi semen, pasir, kerikil dan air.
"Setelah itu, kami diminta presentasi produk kami dengan membawakan batako yang kami buat sendiri dengan mesin dari pembuat batako. Cangkang kerang masih kami tumbuk manual," ujar Olga.
Batako cangkang kerang buatan para mahasiswi ITS itu meraih nilai tertinggi di kompetisi di Singapura tersebut.
"Kami juara pertama, poin tertinggi. Tapi, ajang ini punya standar hadiah berdasarkan poin. Kami dapat hadiah 4.000 dolar AS setara Rp 40 juta. Kalau poin kami lebih tinggi kami bisa dapat hadiah lebih besar," tutur Olga.