Liputan6.com, Lebak - Ritual adat Seba Baduy dimulai. Warga suku Baduy Luar telah berangkat sejak Kamis Subuh tadi sekitar pukul 05.00 WIB dari Kampung Ciboleger, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten. Mereka berjalan kaki sembari memanggul hasil buminya.
"Orang Baduy Dalam sudah sampai (Kecamatan) Cimarga, (mereka) yang paling depan," ucap Tiwin, anggota Suku Baduy Luar yang biasa berhubungan dengan masyarakat di luar sukunya, saat dikonfirmasi melalui pesan singkat, Jumat (28/4/2017).
Sedangkan suku Baduy Luar berangkat siang tadi sekitar pukul 13.00 WIB menggunakan kendaraan roda empat yang telah disewanya. Kendaraan itu diisi hasil alam yang telah ditanamnya.
"Masih belum berangkat, abis Jumatan (berangkat)," ia menerangkan.
Baca Juga
Sekitar dua ribu anggota suku Baduy Dalam dan Luar sejak hari ini hingga lusa, 28-30 April 2017, menjalankan ritual Seba atau berkunjung ke pimpinan, bupati, dan gubernur di wilayah mereka guna memberikan hadiah berupa hasil alam yang telah ditanamnya.
Baduy Dalam berangkat dari Kampung Ciboleger dengan berjalan kaki menempuh jarak sejauh 39 kilometer dengan rute bervariasi. Mereka bisa melewati jalan aspal, perkampungan, hingga keluar masuk sawah dan hutan. Mereka menuju Pendopo Bupati Lebak di Rangkasbitung.
Selanjutnya, warga Suku Baduy Dalam akan berjalan kaki kembali sejauh 40 kilometer menuju Kota Serang sebagai pusat pemerintahan Provinsi Banten esok hari, Sabtu, 29 April 2017.
Advertisement
Tradisi Berusia Ratusan Tahun
Prosesi adat Seba Baduy ini akan menjadi salah satu daya tarik wisata budaya dari Kabupaten Lebak. Seba Baduy diharapkan akan mendatangkan banyak wisatawan domestik dan mancanegara ke Banten.
"Persiapan sedang dilakukan oleh Dispar (Dinas Pariwisata) karena ini terkait dengan banyaknya kunjungan wisatawan yang ingin melihat Seba Baduy secara langsung," ujar Eka Prasetyawan selaku Kepala Bagian (Kabag) Humas Kabupaten Lebak, saat dikonfirmasi melalui pesan singkatnya, Rabu, 26 April 2017.
Menurut dia, target kunjungan wisatawan di Seba Baduy sebanyak 8.000 orang. Adapun prosesi adat Seba sendiri telah berlangsung selama ratusan tahun lampau.
Meski belum terdapat catatan resminya, prosesi tersebut diyakini telah berlangsung sekitar tahun 1526 Masehi. Saat itu, Kerajaan Demak memperluas wilayah kekuasaannya ke Banten dan mendirikan Kesultanan Banten.
Upacara adat Seba digelar setelah Urang Kanekes melaksanakan Puasa Kawalu selama tiga bulan dan musim panen tiba. Selama tiga bulan itulah masyarakat luar dilarang memasuki wilayah Baduy Dalam, yakni Cibeo, Cikeusik, dan Cikartawana.
Urang Kanekes hingga saat ini tetap kokoh mempertahankan adat dan menjaga alam. Setidaknya tercermin dalam melalui pepatah mereka: "Lojor teu meunang dipotong, pendek teu meunang disambung" (Panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung).
Pepatah lawas Suku Baduy ini memiliki makna bahwa hidup harus sesuai ketetapan Tuhan serta menjaga apa yang telah diberikan oleh Tuhan.
Advertisement