'Aroma' Buah Ini Bikin Petani Jambi Lupa Harga Sawit

Selain perawatannya yang mudah dan murah, harga pinang cenderung stabil di pasar ekspor.

oleh Bangun Santoso diperbarui 29 Mei 2017, 08:00 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2017, 08:00 WIB
Pinang Jambi
Pinang asal Jambi disebut memiliki kualitas terbaik di dunia dengan kadar air dibawah enam persen. (Liputan6.com/Bangun Santoso)

Liputan6.com, Jambi - Di tengah merosotnya harga komoditas perkebunan karet dan sawit, harga pinang di Jambi justru tengah naik daun dan cenderung stabil. Kondisi ini menjadi "aroma" segar bagi petani untuk sejenak melupakan kondisi harga sawit maupun karet.

Pinang atau areca nut kini mulai dilirik sejumlah petani di Jambi, khususnya di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar).

"Selama ini pinang menjadi pilihan ketiga setelah perkebunan sawit dan karet. Namun dengan harga jual yang stabil, mulai ada petani yang menjadikan pinang sebagai pilihan utama," ujar Suwarjono, salah seorang warga Kabupaten Tanjabtim yang baru saja pensiun sebagai peneliti di Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Tanjabtim di Muarasabak, ibu kota Kabupaten Tanjabtim, Minggu malam, 28 Mei 2017.

Menurut Pak Jono, panggilan akrab Suwarjono, sejak awal 2017 harga pinang cenderung stabil antara Rp 15 ribu hingga Rp 17 ribu per kilogram. Sedangkan untuk harga buah pinang masak basah atau belum dikeringkan dan dikupas, antara Rp 8 ribu sampai Rp 9 ribu per kilogram.

Selain harga stabil, kata Jono, budidaya pinang juga cenderung mudah dan murah dibanding berkebun sawit atau karet. Harga sebatang bibit pinang usia satu tahun dipatok Rp 2.300. Sementara satu batang bibit sawit seharga belasan ribu hingga Rp 20 ribu bahkan lebih tergantung kualitas dan jenisnya.

"Begitu juga dengan proses penanaman dan pemupukannya, pinang jauh lebih murah. Kini juga mulai ada petani di Tanjabtim buka usaha bibit pinang," ujar Jono.

Kabupaten Tanjabbar dikenal sebagai lumbung pinang di Provinsi Jambi. Pinang asal Tanjabbar sudah diekspor ke sejumlah negara di Asia. Dalam sebulan rata-rata 40 kontainer buah pinang diekspor ke sejumlah negara, khususnya India, melalui dermaga Kualatungkal, ibu kota Kabupaten Tanjabbar.

"Setahun rata-rata ekspor pinang dari Tanjabbar mencapai 150 ribu ton lebih," ucap Ketua Dewan Rempah Kabupaten Tanjabbar, Jambi, Sawa Hamid.

Menurut pria yang akrab disapa Haji Amit Pinang ini, pinang asal Tanjabbar sudah dikenal memiliki kualitas tinggi di luar negeri, khususnya India.

Nilai Ekspor Meningkat

Pinang Jambi
Salah satu usaha bibit pinang di Kabupaten Tanjabtim, Jambi. (Liputan6.com/Bangun Santoso)

Pinang selama ini dikenal sebagai salah satu bahan utama obat-obatan, bahan pewarna, hingga sabun. Agar lebih dikenal luas, Pemkab Tanjabbar tengah mengembangkan produk olahan baru dari pinang, yakni permen.

"Ini sebagai upaya menyambut tantangan pasar bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Permen pinang ini bisa menjadi produk turunan perkebunan yang siap dipasarkan," ujar Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemkab Tanjabbar, Syafriwan.

Menurut Syafriwan, potensi perkebunan pinang di Tanjabbar bisa menjadi celah bagus pengembangan produk turunan. Untuk itu ia berharap dan mengundang adanya investor, khususnya industri hilir, yang bisa menghasilkan produk siap pakai.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, membaiknya harga di pasaran ikut mengerek nilai ekspor pinang. Nilai ekspor komoditas perkebunan yang juga bisa dijadikan sebagai pewarna kain dan kosmetik ini pada 2015 mencapai 80.260.613 USD atau meningkat 50 persen dari tahun sebelumnya.

Komoditi pinang baru menyumbang 3,26 persen dalam kegiatan ekspor di Provinsi Jambi. BPS juga menyatakan, pinang asal Jambi dikenal sebagai pinang terbaik di dunia karena memiliki kadar air rendah di bawah enam persen. Tiga daerah di Jambi sebagai sentra komoditas pinang adalah Kabupaten Tanjabbar, Tanjabtim dan Muarojambi.

Namun demikian, dari data BPS memperlihatkan ada penurunan produksi tanaman pinang. BPS mencatat produksi tanaman pinang pada 2015 sebesar 13.482, turun dari tahun sebelumnya sebesar 16,544.

Penurunan juga tercatat dari luas perkebunan pinang di Jambi. Dari data BPS terakhir 2010, luas perkebunan pinang di Jambi mencapai 17.969 hektare. Padahal tahun sebelumnya luas perkebunan pinang di Jambi mencapai 19.651 hektare.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya