Manis Asam Lemang Tapai Bangkinang di Hari Raya Enam

Hari Raya Enam menjadi puncak perayaan Lebaran warga Bangkinang. Sebagai menu utama, lemang tapai merekatkan silarurahmi warga.

oleh M Syukur diperbarui 03 Jul 2017, 15:00 WIB
Diterbitkan 03 Jul 2017, 15:00 WIB
Manis Asam Lemang Tapai Bangkinang di Hari Raya Enam
Hari Raya Enam menjadi puncak perayaan Lebaran warga Bangkinang. Sebagai menu utama, lemang tapai merekatkan silarurahmi warga. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Bangkinang - Tanggal 7 Syawal merupakan hari istimewa bagi masyarakat Kabupaten Kampar, khususnya yang berada di wilayah Bangkinang. Hari yang jatuh pada 2 Juli 2017 itu merupakan puncak peringatan Lebaran bagi warga setempat.

Selain menjalankan tradisi ziarah kubur atau dalam bahasa daerahnya Ghayo Zora (bahasa Ocu), hari yang juga dikenal dengan Ghayo Onam ini (Raya Enam) juga dimanfaatkan untuk berkumpul dengan keluarga dan kerabat.

Biasanya, masyarakat di Bangkinang menganggap tidak afdol kalau tidak pulang dari perantauan pada hari itu. Bahkan muncul istilah, lebih baik tidak pulang pada Lebaran pertama dari pada tidak hadir pada Ghayo Enam ini.

Pada saat berkumpul inilah, ada satu makanan yang tidak boleh dilupakan, yaitu lemang tapai (tape) yang dalam bahasa daerah setempat disebut dengan lomang. Makanan ini memang bukan kuliner asli dari Bangkinang, tetapi berasal dari Sumatera Barat karena letaknya yang berbatasan langsung. Hanya saja, makanan tersebut selalu menjadi menu utama penyambut tamu.

Khusus di daerah Bangkinang Seberang, kuliner tradisional itu menjadi "buruan" bagi orang yang ingin bertandang ke rumah keluarga, kerabat, ataupun kenalannya. Begitu masuk pintu rumah, Lemang inilah yang ditanyakan keberadaannya dan dijadikan sebagai santapan pengiring obrolan.

Pantauan Liputan6.com di Bangkinang Seberang pada Sabtu 1 Juli 2017, pembuatan lemang secara tradisional masih dijumpai, meski tidak seramai medio 1990-an‎. Bahan pembuatannya dimasukkan ke dalam bambu beruas panjang dan didekatkan ke bara api, biasanya dari tempurung kelapa.

Butuh hitungan jam hingga bahan mentah lemang menjadi masak. Harus ada pula yang menjaga dan sesekali membalikkan bambu supaya tidak gosong. Tak ayal, penjaga pembuat lemang ini bermandi keringat karena harus dekat dengan bara api.

Adapun bahan utama lemang ini adalah beras ketan putih yang telah dicuci bersih, sedikit garam, santan kelapa, dan daun pandan. Semuanya dimasukkan ke dalam bambu yang sudah disediakan.

Rasa lemang ini sendiri antara manis dan asam, tetapi tentu saja sangat enak ketika dimakan. Ketika masih panas, makanan yang bentuk jadinya bulat dan putih berkulit agak kekuningan ini sangat menggoda di lidah.

Pantauan wartawan, biasanya ketika dihidangkan, lemang dicampur pula dengan ketan hitam yang dimasak sendiri. Percampuran antara keduanya membuat mulut tak berhenti menguyah dan ingin nambah.

Selain dengan ketan hitam, lemang juga dihidangkan dengan sari kaya gula merah khas Bangkinang. Ada pula yang memakannya dengan rendang daging kerbau ataupun sapi.

Kehadiran lemang ini bisa dibilang sebagai perekat silaturahmi. Mengunyahnya sambil bercengkerama dengan keluarga, kerabat, teman, ataupun kenalan, semakin menghangatkan silaturahmi karena sudah lama tak bertemu.‎

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya