Para Penantang Maut di Kawah-Kawah Berbahaya Dieng

Setidaknya ada tiga kawah yang berbahaya di kawasan Dieng. Salah satunya adalah Kawah Timbang yang mengeluarkan gas beracun.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 05 Jul 2017, 12:01 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2017, 12:01 WIB
Para Penantang Maut di Kawah-Kawah Berbahaya Dieng
Setidaknya ada tiga kawah yang berbahaya di kawasan Dieng. Salah satunya adalah Kawah Timbang yang mengeluarkan gas beracun. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara – Dua alat pemantau aktivitas vulkanik milik Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang terpasang di Kawah Sileri Dieng, Desa Kepakisan, Kecamatan Batur, Banjarnegara, rusak akibat erupsi yang terjadi Minggu, 2 Juli 2017. Akibatnya, para petugas harus mengukur aktivitas Kawah Sileri secara manual.

Para petugas mendekat ke bibir kawah, kemudian mengukur dengan peralatan manual yang dibawanya. Tentu tindakan ini amat membahayakan nyawa sang petugas, terutama menilik aktivitas Kawah Sileri yang sulit diprediksi. Namun, itu harus dilakukan untuk mengantisipasi bencana lebih besar dan menyelamatkan banyak nyawa.

"Pengukuran manual dilakukan setiap enam jam sekali, tapi dengan tetap mempertimbangkan tingkat risikonya. Saat kondusif, petugas akan mengukur," kata Kepala Pos Pengamatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Gunung Api Dieng, Surip, Selasa, 4 Juli 2017.

Surip mengatakan dua alat pemantau aktivitas vulkanik yang rusak tersebut, yakni pencatat multigas (multigas reader) dan pengkur suhu. Kepastian kerusakan itu diperoleh saat petugas berhasil mengevakuasi peralatan tersebut pada Senin, 3 Juli 2017. Peralatan tersebut terpendam dalam lumpur yang menyembur ketika erupsi terjadi pada Minggu siang, 2 Juli 2017, sekitar pukul 12.00 WIB.

Surip mengemukakan, saat berhasil diangkat, kondisi boks penutup alat telah rusak. Posisi alat yang berfungsi untuk mencatat fluktuasi gas secara realtime juga telah bergeser dari tempatnya semula. Dengan begitu, alat multigas itu tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

"Ada dua peralatan yang rusak. Itu karena terkena material 2 Juli 2017 itu. Yang satunya terbawa ke dalam kawah. Yang satu bisa diselamatkan, tetapi tetap tidak bisa dipakai karena rusak," tuturnya.

Selain alat pembaca multigas, menurut Surip, alat pengukur suhu kawah yang terletak di 5 meter di luar bibir kawah juga rusak. Pengukur suhu jatuh ke dalam kawah sedalam lima meter dan hancur.

Standarnya, PVMBG memasang empat peralatan di sekitar kawah untuk mengetahui aktivitas vulkanik secara realtime. Keberadaan peralatan itu sama pentingnya untuk menganalisis aktivitas Kawah Sileri.

"Dua alat lain berupa seismik selamat. Dua alat seismik tidak sampai terkena lumpur karena dipasang jauh dari bibir kawah, sekitar 200 meter," tuturnya.

Dengan situasi tersebut, pihaknya akan segera mengusulkan agar PVMBG memasang alat baru agar pemantauan Kawah Sileri tak terganggu. Namun, pemasangan itu, menurut dia, hanya bisa dilakukan saat kondisi sudah benar-benar aman.

Kerusakan yang dialami peralatan pemantau di Kawah Sileri ini, menurut Surip, juga bisa terjadi di kawah-kawah lain bila aktivitas vulkanik meningkat. Petugas akan mengukur aktivitas itu dengan peralatan manual dengan cara mendekat ke kawah.

Dari 11 kawah yang berada dalam pemantauan Pos Pengamatan Gunung Api Dieng, tiga di antaranya amat berbahaya. Ketiga kawah tersebut, yakni Sinila, Timbang dan Sikidang. Ketiga kawah itu berpotensi mengeluarkan gas beracun.

Berdasarkan hasil pemantauan kemarin, sambung dia, aktivitas Kawah Sileri Dieng terpantau normal dan tidak ada aktivitas kegempaan yang menonjol. Suhu dan konsentrasi gas juga dalam ambang batas normal. Meski begitu, kawasan ini masih ditutup untuk segala aktivitas umum.

"Radius 100 meter dari kawah harus tetap steril dari aktivitas penduduk maupun wisatawan. Termasuk objek wisata pemandian air panas, masih ditutup untuk waktu yang belum ditentukan," ucap Surip.

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya