Dari Apel Malang Tercipta Pasta Gigi Antibakteri

Pasta gigi karya seorang mahasiswi Fakultas Farmasi UKWM Surabaya ini diberi nama Apple Dyne.

oleh Dhimas Prasaja diperbarui 29 Jul 2017, 05:00 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2017, 05:00 WIB
Pasta Gigi
Pasta gigi dari buah apel hasil karya Luh Widi, mahasiswi semester delapan UKWM Surabaya. (Liputan6.com/Dhimas Prasaja)

Liputan6.com, Surabaya - Luh Putu Widiasih Wijayanti Tusan, mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala (UKWM) Surabaya, Jawa Timur, menciptakan pasta gigi dari apel manalagi. Bahan dari buah tersebut sangat efektif untuk pencegah karies dan plak dari sisa-sisa makanan pada gigi.

Awalnya terciptanya pasta gigi tersebut karena merupakan sebagai pelengkap tugas akhir kuliahnya. Hasil karya gadis asal Pulau Dewata ini diberi nama Apple Dyne.

"Rasa apel dari Malang ada rasa kesat di mulut dan gigi seusai memakan. Ternyata, rasa kesat yang ditimbulkan apel itu adalah antibakteri Streptococcus mutans," ucap Widi, sapaan akrab mahasiswi UKWM itu saat ditemui di Laboratorium Kompleks Kampus Surabaya, Rabu, 19 Juli 2017.

"Di saat mengonsumsi apel Malang secara rutin itu secara tidak langsung sama seperti sikat gigi dan dapat membantu mencegah karies," Widi menambahkan.

Mahasiswa semester delapan ini juga memanfaatkan zat aktif katekin yang banyak terdapat di kulit dan daging buah apel asli Indonesia itu. Jadi, tak hanya rasa yang dijadikan fokusnya.

"Untuk mendapatkan zat aktif katekin saya lebih memilih bentuk pasta gigi berbasis gel opaque/buram sebagai topik penelitian skripsi saya," tutur gadis berparas manis keturunan Bali ini.

Widi menjelaskan, bentuk pasta gigi dipilih karena merupakan tipe perawatan gigi paling sederhana dan umum yang dikenal masyarakat.

Saksikan video menarik di bawah ini:

Komposisi Pasta Gigi

Pasta Gigi
Luh Widi, mahasiswi semester delapan UKWM Surabaya, mempraktikkan cara membuat pasta gigi dari buah apel. (Liputan6.com/Dhimas Prasaja)

Pada saat mengembangkan zat yang dapat menjaga kesehatan gigi, nyaman, dan tidak memicu iritasi, gadis kelahiran Surabaya ini mengubahnya menjadi pasta gigi dengan mencampurkan bahan Cocamidopropyl betaine yang terbukti aman meskipun daya busa yang dihasilkan relatif sedikit.

"Pasta gigi ini terdiri dari beberapa komposisi bahan, yakni Carboner 940, kalsium karbonat, gliserin, sorbito, Cocamidopropyl betaine, natrium sakarin. Selain itu, ada minyak permen, Metil paraben, Propil paraben, Natrium metasulfit, Trietanolamin, dan Aquadest," Widi menguraikan.

Langkah pertama adalah membuat serbuk apel dengan cara diiris tipis dan menaruh di oven hingga kering. "Di oven menggunakan suhu 50 derajat Celsius. Setelah itu di-blender hingga halus dan dilakukan pengayakan," ia menjelaskan.

Setelah menjadi serbuk, imbuh dia, langkah kedua adalah proses masarasi dan penguapan di atas kompor listrik selama semalam.

"Proses masarasi serbuk dicampur dengan pelarut etanol, kemudian dilakukan penguapan untuk memperoleh ekstrak serbuk apel yang kental dan dilakukan pencampuran dengan bahan yang lain hingga menjadi pasta gigi," ujarnya.

Ditanya proses ke depan agar produk inovasinya itu bisa dipasarkan, mahasiswi berkulit sawo matang itu mengaku masih membutuhkan proses penelitian lebih lanjut. Termasuk, mematenkan merek dan pendaftaran di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

"Saya berharap dari hasil penelitian yang membutuhkan waktu enam bulan ini, ke depannya bisa dipatenkan, sehingga bisa dikembangkan lebih lanjut melalui produsen atau perusahaan lebih besar," Widi berharap.

Adapun Dosen pembimbing Widia, Farida Lanawati Darsono, mengakui masih ada beberapa kekurangan dari pasta gigi buatan mahasiswinya itu, terutama dalam tekstur yang harus diperbaiki.

"Percobaan awal sudah dilakukan pada gigi sapi dan hasilnya tidak menimbulkan iritasi gusi. Namun, produk ini masih memerlukan tahapan lebih panjang jika ingin dipasarkan," ia menjelaskan.

Dosen Fakultas Farmasi itu mengatakan pula, pihak kampus siap mendorong setiap mahasiswa yang gemar dalam penelitian. Terutama, menjembatani produk inovasi yang dihasilkan mahasiswa berprestasi melalui sentra Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang dimiliki UKWM Surabaya.

"Agar mahasiswa gemar melakukan penelitian, kami sudah menyusun road map-nya, termasuk juga membantu mengurus hak paten produknya," Farida memungkasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya