Jejak Kejayaan Kolonial Belanda di Kampung Amsterdam Garut

Peninggalan kolonial Belanda berusia ratusan tahun masih bisa memberikan manfaat bagi warga Garut.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 31 Jul 2017, 09:33 WIB
Diterbitkan 31 Jul 2017, 09:33 WIB
Jejak Kejayaan Kolonial Belanda di Kampung Amsterdam Garut
Peninggalan kolonial Belanda berusia ratusan tahun masih bisa memberikan manfaat bagi warga Garut. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Pemerintahan kolonial Belanda menjejakkan kakinya di seluruh Nusantara, tak terkecuali di Garut. Jejaknya masih tersisa di perkebunan teh Dayeuhmanggung, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Lokasinya berada di Kampoeng Amsterdam, tepatnya di kaki Gunung Cikuray, Garut, Jawa Barat.

Perkebunan teh itu pernah menjadi lumbung teh kebanggaan para meneer Belanda. Bekas kejayaannya masih bisa dilihat utuh, seperti rumah, kantor, hingga fasilitas irigasi. Semuanya masih berfungsi dengan baik hingga kini.

"Yang perlu dicontoh dari sisa kampung Amsterdam ini adalah semangatnya, bagaimana etos kerja mereka saat itu," ujar Manajer Perkebunan Teh Nusantara VIII Dayeuhmanggung, Asep Budi Jatmika, saat ditemui Liputan6.com, Sabtu, 29 Juli 2017.

Menurut Asep, jejak-jejak utuh para kolonial Belanda itu menjadi warisan tak benda yang wajib dicontoh Indonesia. Mereka selalu merencanakan sesuatu dengan matang, sehingga menghasilkan karya yang bisa dinikmati dalam jangka waktu yang lama.

"Contohnya di sini ada bangunan irigasi, kantor, dan rumah masih berfungsi dengan baik," ujarnya.

Penyebutan Kampoeng Amsterdam, kata dia, merujuk pada awal mula pendirian perkebunan itu yang konon banyak menempatkan orang-orang Amsterdam sebagai pengelola area kebun teh. "Memang infonya begitu,"ujarnya.

Di kampung seluas tujuh hektare itu berdiri 12 rumah yang dihuni oleh 24 orang warga yang kebanyakan pegawai pabrik teh. "Ini masih asli rumah-rumah warga Belanda pas datang ke Garut dulu dan belum ada renovasi," ujarnya.

Asep menyatakan, rata-rata bangunan bekas Belanda di Kampoeng Amsterdam ini adalah buatan 1913. Meskipun telah uzur, beberapa di antaranya masih berfungsi baik hingga kini.

"Coba Anda lihat masih ada jembatan irigasi air sepanjang 200 meter dan masih berfungsi meskipun hanya satu jalur," kata dia.

Asep menyatakan, awalnya jembatan saluran irigasi itu dua ruas. Namun, gempa besar yang pernah menghantam Garut 2008 lalu merobohkan satu instalasi.

Peninggalan kolonial Belanda berusia ratusan tahun masih bisa memberikan manfaat bagi warga Garut. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

"Mungkin nanti jika diperlukan lagi akan kita perbaiki yang satu saluran lagi," ujarnya.

Dengan nilai historisnya itu, Kampoeng Amsterdam kini mulai menjelma menjadi sebuah objek wisata baru yang digandrungi para wisatawan. "Paling banyak sering dipakai buat selfie pengunjung," ujarnya.

Demi mengoptimalkan potensi yang ada, sejak dibuka awal November 2016 lalu, pengelola Kampoeng Amsterdam menyulap sebagian area perkebunan teh yang berada di depan kampung menjadi tempat beristirahat oleh para wisatawan yang datang.

"Biar pengunjung lebih lama berkunjung di sana," kata dia.

Bagi Anda yang ingin menikmati suasana bangunan bekas Belanda, datanglah ke Kampoeng Amsterdam di area perkebunan teh Dayeuhmanggung, Garut. Cukup bayar tiket Rp 5 ribu per orang, Anda sudah bisa menghirup udara segar khas pegunungan dengan nuansa alam yang masih asri.

Sementara yang berasal dari luar kota, wisata bangunan sejarah ini hanya berjarak 19 kilometer dari pusat kota Garut. Pengunjung bisa menempuh perjalanan yang hanya 45 menit dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Saksikan video menarik di bawah ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya