Puisi Sang Wakil bagi Wali Kota Tegal yang Ditangkap KPK

Sang wakil membuat puisi berjudul 'Bangun Tegal Bareng Kang Nur' untuk Wali Kota Tegal Siti Masitha Soeparno.

oleh Fajar Eko Nugroho diperbarui 31 Agu 2017, 13:28 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2017, 13:28 WIB
Puisi Sang Wakil bagi Wali Kota Tegal yang Ditangkap KPK
Sang wakil membuat puisi berjudul 'Bangun Tegal Bareng Kang Nur' untuk Wali Kota Tegal Siti Masitha Soeparno. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Liputan6.com, Tegal - Sejak penangkapan Wali Kota Tegal, Siti Masitha Soeparno pada Selasa petang, 29 Agustus 2017, sang wakil Nursholeh baru terlihat di Kota Tegal pada Rabu malam, 30 Agustus 2017, saat menghadiri 'gemladag pitulasan' di halaman rumah dinas Wakil Wali Kota.

Dalam kesempatan itu, di hadapan ratusan tamu undangan, Nursholeh menyindir nasib Wali Kota yang kini menjadi tahanan KPK akibat kasus dugaan suap proyek di lingkungan pemerintahan Kota Tegal. Sindiran itu diungkapkannya melalui sebuah puisi berjudul 'Bangun Tegal Bareng Kang Nur'.

"Makane aja goroh. Yen goroh dicekel KPK (makanya jangan bohong. Kalau bohong nanti ditangkap KPK)," ucap Nursholeh, sebelum memulai membaca puisi itu.

Kang Nur dalam puisinya menyampaikan bahwa dirinya merupakan orang asli Kota Tegal yang tahu sejarah, seluk beluk, dan kekhasannya.

"Enyong asli Tegal. Uripe enyong poret neng Tegal. Bibit bebet bobot enyong uga neng Tegal. Ora heran yen enyong luih getah Tegal, ketimbang wong liya. Gang, lontrong kampung lan endi parang, enyong apal jipal (Saya asli Tegal, hidup saya lama di Tegal. Keturunan seluk beluk karena saya di Tegal. Tidak heran kalau saya lebih tahu Tegal, daripada orang lain. Gang, kampung, dan di mana saja, saya hafal di Tegal)," kata dia.

Pada bait lain, Kang Nur menyampaikan apa yang harus dilakukan saat menjabat menjadi orang nomor satu di Kota Tegal. Apalagi pasca-penangkapan wali kota, kewenangan pemerintahan otomatis jatuh kepada Nursholeh yang merupakan wakil wali kota.

"Muji syukur enyong dipercaya neng pangeran dadi tiyang kang dihormati. Mula kue enyong kudu timbal balik karo masyarakat. Kudu ngormati kudu ngati- ati. Menungsa lagi kedodoran amanah. Enyong aja kerja sembarangan. Enyong wedi maring siksa pangeran, siksane ora mufakat sedulur (Puji syukur saya dipercaya jadi pimpinan dan orang yang dihormati. Makanya saya harus bisa membantu masyarakat. Harus menghormati, hati-hati. Manusia lagi kekurangan kepercayaan. Saya jangan kerja sembarangan, karena siksanya tidak terbatas)," kata pria yang juga politikus Partai Golkar itu.

Pada bagian lain, ia meminta masyarakat untuk bersama-sama membangun daerahnya sendiri. Meskipun itu masalah berat, tetap harus gotong royong, dipikul bersama.

"Ayoh kanca sedulur mbangun kota Tegal ben tambah tata. Dudu nganggo enyong, tapi kanggo kemaslahatan umat ben tambah kerumat. Holupis kuntul baris, holupis kuntul baris. Bareng Kang Nur rawe- rawe rantas, malang-malang tuntas. Anteb enteng dipikul bareng- bareng, remojongan (Ayo teman saudara bangun Kota Tegal biar tambah tertata. Bukan buat saya, tapi untuk kemaslahatan umat biar tambah terikat. Mari kita berjuang bersama. Susah sulit dihadapi bersama)," tuturnya.

Kang Nur menutup puisinya dengan mengajak masyarakat Tegal untuk bersama membangun Kota Tegal agar dapat ditata lebih maju. "Waktu yang tinggal 1,5 tahun ini, mari bersama-sama membangun kota ne dewek sing tercinta kiye (kota kita tercinta)," ucapnya kepada penonton.

Sementara itu, budayawan Tegal Atmo Tan Sidik mengatakan, euforia sejumlah elemen masyarakat usai Wali Kota ditetapkan KPK menjadi tersangka kasus dugaan suap proyek dinilai wajar.

"Sujud syukur ataupun cukur gundul bersama itu wajar-wajar saja, yang penting jangan sampai kelewat batas. Apalagi sampai anarkis, tentu saja itu tidak dibenarkan dan melanggar aturan," ucap Atmo.

Saksikan video menarik di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya