Minim Air Bersih di Brebes, Air Comberan Jadi Andalan

Meski hanya sekadar air comberan, petani di Brebes memerlukan biaya tak sedikit untuk mendapatkannya.

oleh Fajar Eko Nugroho diperbarui 09 Sep 2017, 17:55 WIB
Diterbitkan 09 Sep 2017, 17:55 WIB
Tak Ada Air Bersih di Brebes, Air Comberan Pun Jadi
Suasana kekeringan yang dialami warga di Brebes, Jawa Tengah. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Liputan6.com, Brebes - Kekeringan terjadi di Brebes, Jawa Tengah, sejak masuk musim kemarau sebulan belakangan. Bawang dan cabai yang menjadi andalan petani terancam mati akibat irigasi yang tak kunjung pulih.

Seperti yang dilakukan Satur (53). Warga Limbangan Kulon, Kecamatan Brebes ini terpaksa menyedot air limbah yang kotor dan berbau tak sedap dengan pompa. Air comberan itu berasal dari kota.

"Irigasi di-papag (hadang) di daerah selatan. Di sana banyak petani kedelai dan bawang. Kalau enggak diairi enggak panen, jadi harus ambil air comberan," ucap Saturi, Kamis, 7 September 2017.

Menurut dia, selama masa tanam, petani harus memompa air limbah dua hari sekali. Diperlukan bahan bakar sebanyak 5 sampai 7 liter sekali siram.

"Penggunaan bahan bakar bisa meningkat tergantung luasan lahan," kata dia.

Menyadari kesulitan para petani, sejumlah upaya diambil oleh Dinas Dinas Pengairan dan Tata Ruang Pemkab Brebes. Satu di antaranya adalah dengan pengairan dari sumber air dari waduk secara bergilir ke saluran irigasi pertanian.

"Karena sudah sepakat antara kelompok tani, dan dinas terkait, jadi pengairan ke saluran irigasi dilakukan secara bergilir dengan pola enam hari ngalir dan tiga hari tidak ngalir," ucap Kepala Bidang Irigasi dan Air Baku Dinas Pengairan Pengelolaan Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Brebes, Moh Tolani.

Ia mempertanyakan keluhan petani soal kekurangan air untuk mengairi lahan kebunnya. Pasalnya, ia mengklaim ketersediaan air untuk irigasi saat ini  masih mencukupi hingga 57 hari ke depan.

"Sudah diperhitungkan, di Waduk Malahayu saja, dengan debit air kini tinggal 30 juta kubik saja masih mencukupi dengan pola bergilir itu tadi," katanya.

Di sisi lain, saat kemarau seperti ini, kegiatan petani memompa air cukup tinggi. Hal itu justru memengaruhi debit pada sumber air yang ada.

"Sebenarnya waduk Malahayu kondisi normal debit air sampai 60 juta kubik. Karena terjadi pendangkalan, tinggal separuhnya saja. Sesuai aturan dan instruksi hasil kesepakatan, pengeringan akan dimulai awal bulan Agustus ini hingga bulan akhir September," kata dia.

Para petani saat ini sudah memasuki masa tanam ketiga, sehingga dengan kebutuhan air hingga dua bulan kedepan masa panen masih bisa tercukupi.

"Mari kita bersama berdoa saja, biar segera Allah SWT segera memberikan hujan agar debit air bertambah dan lahan pertanian bisa mendapatkan air cukup," jelasnya.

Di Kabupaten Brebes kini terdapat 109 embung pertanian. Namun, kondisinya tidak maksimal karena mengalami pendangkalan ataupun kerusakan. Dari embung yang rusak, baru 30 persennya yang sudah diperbaiki.

"Sisanya masih diajukan untuk segera dilakukan perbaikan karena itu kewenangan provinsi. Kalau semua embung digunakan maksimal, kekeringan di lahan pertanian tak akan terjadi hingga mengakibatkan gagal panen," kata Tolani.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya