Wisata Religi Samarinda Integrasikan Lima Rumah Ibadah Sekaligus

Konsep wisata religi ini juga mengusung tema keberagaman. Lima rumah ibadah akan terintegrasikan dalam satu kawasan Religi Center.

oleh Rahman diperbarui 25 Okt 2017, 23:02 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2017, 23:02 WIB
[Bintang] Kalimantan
Danau Biru Loa Bakung, Samarinda, Kalimantan Timur. (vibizmedia.com)

Liputan6.com, Samarinda - Pemerintah Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), kian serius menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan untuk menyumbang pendapatan asli daerah (PAD). Saat ini, lahan lima hektare di wilayah Sungai Kunjang tengah disiapkan sebagai destinasi wisata baru dengan konsep religi.

Kompleks yang sementara disebut bernama Religi Center itu akan mulai digarap pembangunannya, Desember mendatang. Wali Kota Samarinda, Syaharie Jaang mengatakan, di atas lahan tersebut akan dibangun masjid, gereja, pura, vihara, dan kelenteng.

Dia menyebut, konsep ini mengusung visi edukasi bagi pengunjung tentang nilai keberagaman. "Targetnya, untuk tahap awal, lebih dulu dibangun gereja pada akhir tahun ini," ujar dia, Kamis, 19 Oktober 2017.

Lahan yang dialokasikan itu, menurut Jaang, akan diserahkan ke pengurus untuk masing-masing rumah ibadah. Saat ini, batasnya pun sudah ditetapkan. Religi Center diharapkan menjadi ikon baru yang melambangkan keharmonisan antar-umat beragama di Kota Tepian.

"Di sisi lain, orang yang berkunjung ke Samarinda dengan berwisata religi, akan memberikan pendapatan ke kas daerah. Bisa dari pajak restoran, hotel, atau barang-barang lain. Bisa diberlakukan pajak 10 persen untuk setiap transaksi," katanya.

Saat ini, wisata dengan konsep religi di ibu kota Kaltim memang belum terlampau banyak. Menyesuaikan peta diferensiasi sosial dan sejarah Kaltim, objek wisata unggulan memang masih didominasi pusat-pusat sejarah Islam.

Sebagai contoh, kawasan Masjid Shiratal Mustaqim di Samarinda Seberang yang merupakan masjid tertua di Kota Tepian. Adapun bangunan yang modern seperti Masjid Baitul Muttaqien Islamic Center Kaltim.

Jaang melanjutkan, dalam hal menghimpun PAD, per 10 Oktober lalu, pendapatan dari jalur ini mencapai Rp 321,67 miliar. Meskipun jika menilik target tahun ini yang ditetapkan sebesar Rp 524,68 miliar, realisasinya baru 61 persen.

Jaang menyebut, dalam menghimpun PAD, Samarinda hanya bersaing dengan Balikpapan. Pasalnya, di dua kota memang menjadi titik transit dari daerah-daerah di sekitarnya.

"Untuk mendukung wisatawan yang berkunjung ke Samarinda untuk menginap, makan, atau berbelanja, situasi kota harus kondusif," tuturnya.

Untuk mendukung hal itu, ia menambahkan, telah dibentuk forum-forum masyarakat. Misalnya, Forum Umat Beragama yang memiliki tujuan sama untuk membangun kebersamaan. Pengurusnya juga berasal dari berbagai kalangan, mulai ketua RT hingga TNI.

Secara terpisah, Sekretaris Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kaltim HM Zulkifli mengatakan, jenis wisata apa pun haruslah dijalankan dengan saling sinergi bersama stakeholder. Pemerintah selaku pembuat kebijakan dan dunia usaha, mesti sama-sama mengedukasi masyarakat tentang sektor ini.

"Karena pengelolaan pariwisata bukan hanya tugas dinas pariwisata. Pelaku industri dan seluruh masyarakat juga turut berperan," ujarnya kepada Kaltim Post, Kamis, 19 Oktober 2017.

Menurut dia, dalam hal ini, pemerintah tak sekadar menjalankan fungsi eksekutif. Koordinasi dengan stakeholder pun harus intensif dilakukan.

"Potensi pengembangan wisata di Samarinda masih luas. Jika semakin lama, banyak pesona yang ditawarkan. Secara jangka panjang, pariwisata juga punya masa depan untuk berkembang," Zulkifli memungkasi.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya