Liputan6.com, Cilacap - Sejumlah kecamatan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah dilanda banjir pada awal musim penghujan kali ini. Tak hanya sekali, banjir rendaman telah terjadi empat kali, antara akhir September hingga awal November 2017.
Terakhir, banjir merendam 9 desa di empat kecamatan berbeda, yakni Sidareja, Kedungreja, Kroya, dan Nusawungu selama empat hari dari 29 Oktober–1 November 2017. Sebelumnya, pada pertengahan Oktober lalu, 14 desa di lima kecamatan juga terendam banjir. Tak pelak, berbagai penyakit muncul setelah banjir merendam permukiman penduduk tersebut.
Kepala Puskesmas Kedungreja, Handria Laksita mengatakan, penyakit yang paling sering menjangkit adalah penyakit kulit dan infeksi saluran pernafasan (ISPA). Penyakit ini muncul lantaran lingkungan yang tidak sehat setelah permukiman warga direndam berhari-hari hingga hitungan minggu.
Advertisement
Baca Juga
Yang lebih berbahaya, bersamaan dengan tibanya musim hujan dan banjir, wabah demam berdarah dengue (DBD) mengancam wilayah rawan rendaman. Sebab itu, Dinas kesehatan mengerahkan petugasnya untuk memantau sekaligus membuka pelayanan kesehatan gratis, setelah terjadi banjir di belasan desa di Cilacap.
Handria mengemukakan, pihaknya menyisir daerah rendaman baik saat banjir maupun setelah banjir. Petugas menuju ke daerah-daerah rendaman dan mendirikan Posko di daerah tersebut.
"Ini musim banjir belum puncaknya. Daerah Sidareja, itu sekitar aliran Cibeureum sudah tidak asing lagi. Kulit, biasa. Penyakit kulit, pasti. Turun itu sudah rutin. Ada juga ancaman demam berdarah. Pasti ada," dia menjelaskan, Rabu, 1 November 2017.
Melihat kondisi tersebut, Kepala Puskesmas Kedungreja, Handria Laksita pun menganjurkan supaya warga lebih rajin melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Dia menilai, PSN lebih efektif menekan wabah dibanding fogging atau pengasapan.
"Masalahnya, fogging itu hanya membunuh nyamuk dewasa. Kalau PSN justru memberantas sarangnya," dia menegaskan.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Banjir Cilacap Memicu Sejumlah Masalah
Â
Sementara, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Martono mengatakan banjir yang merendam sembilan desa di empat kecamatan menyebabkan sebanyak 502 jiwa terpaksa mengungsi.
Di Sidareja, pengungsian terdapat di Aula Balaidesa Sidareja, Aula Koramil Sidareja, Aula Kecamatan Sidareja, dan Panti Jompo Sidareja. Adapun di Kecamatan Kroya, pengungsian di Balaidesa, dan rumah warga.
Martono menerangkan, desa-desa itu terendam akibat meluapnya sejumlah sungai, usai dipicu hujan deras sejak Sabtu sore hingga Minggu pagi. Setelah itu, hujan kembali turun pada Minggu malam hingga Senin siang.
"Kami sudah turun, menyalurkan logistik bantuan makanan. Dinas kesehatan juga sudah turun, SOP banjir seperti itu," Martono menerangkan.
Martono menambahkan, banjir awal November ini juga menyebabkan sejumlah ruas jalan nasional dan provinsi sempat terendam. Ruas jalan tersebut yakni antara Purwokerto-Pangandaran dan Cilacap-Tasikmalaya.
Ruas jalan Cilacap-Tasikmalaya terendam di tiga titik, yakni di wilayah Pasar Karna Sidareja dan Desa Gunungreja dan Tinggarjaya.
Advertisement
Bencana Alam Cilacap Bikin Sektor Perikanan Rugi Miliaran
Cuaca buruk dan gelombang tinggi Laut Selatan Jawa yang terjadi sejak awal Oktober 2017 menyebabkan puluhan kapal rusak dan karam. Tak hanya itu, banjir besar yang terjadi dua pekan terakhir di berbagai wilayah menyebabkan tambak dan kolam ikan terendam.
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah mendata, kerugian akibat banjir bandang dan cuaca buruk di sektor perikanan Cilacap mencapai Rp 2,5 miliar. Total kerugian tersebut berasal dari tenggelam dan rusaknya puluhan kapal nelayan serta hilangnya ikan atau udang di kolam dan tambak.
Kepala DKP Cilacap, Sujito menerangkan, hingga saat ini, terdata ada 13 kapal compreng berukuran antara 7 hingga 10 Gross Ton (GT) yang tenggelam. Selain itu, ada juga kapal fiber ukuran di bawah 5 GT yang tenggelam selama dua pekan terakhir ini. Secara keseluruhan terdapat 60 kapal di bawah ukuran 10 GT yang rusak, mulai rusak berat dan ringan.
"Perahu tenggelam, compreng yang agak besar dari kayu itu, jumlahnya 13. Kemudian perahu kecil, yang terbuat dari fiber itu, jumlahnya ada 15," ucapnya, saat dihubungi Liputan6.com, Selasa, 24 Oktober 2017.
Imbas cuaca buruk juga dialami oleh pembudidaya tambak dan ikan di kawasan pesisir maupun daratan. Banjir melimpas ke kolam di wilayah Kesugihan, Menganti, Kawunganten, hingga Sidareja.
Pembudidayaan ikan di tiga wilayah distrik yang terdiri dari 11 kecamatan nyaris lumpuh lantaran kolam dan tambak yang berada di dataran rendah terendam.
Menurut Sujito, DKP Cilacap telah melaporkan data peristiwa dan jumlah kerugian yang dialami ke DKP Provinsi maupun ke Kementerian Kelautan Perikanan (KKP).
Sujito berharap ada perhatian dari pusat maupun provinsi agar bisa meringankan kerugian akibat bencana ini. Namun, ia pun tak bisa memastikan jenis bantuan dan nominal yang bakal digelontorkan pemerintah pusat dan provinsi.
"Yang di kolam itu, memang agak besar kerugiannya. Karena banyak yang terkena limpasan air. Itu setelah kami hitung se-kabupaten itu, jumlah kerugiannya berkisar Rp 2,5 miliar. Upaya kami, setelah mendata, kami sudah melaporkan ke Provinsi maupun pusat," dia menerangkan.
Terkait cuaca buruk dan gelombang tinggi yang terjadi dua pekan terakhir, ia meminta agar nelayan berhati-hati kala melaut. Dia mengimbau supaya nelayan mewaspadai kemungkinan badai dan gelombang tinggi yang sewaktu-waktu bisa terjadi.
Ia juga menyarankan agar pengelola kolam dan tambak di para pembudidaya meninggikan tanggul kolam agar saat terjadi banjir relatif aman dari limpasan air.