Liputan6.com, Yogyakarta - Petugas Bandara Adisutjipto Yogyakarta menempuh sejumlah cara untuk mengusir ratusan burung pemangsa laron yang memenuhi landasan pacu dan mengganggu jadwal penerbangan pada Selasa, 7 November 2017.
Laron-laron mulai memenuhi landasan pacu bandara pasca-hujan deras pada Senin malam. Burung kuntul kerbau dan cangak abu yang lapar akhirnya menyerbu Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Akibatnya, landasan pacu Bandara Adisutjipto Yogyakarta ditutup lebih dari dua jam.
Sebanyak lima penerbangan terpaksa ditahan di airspace, yakni JT273, JT667, JT554, JT521, dan ID6360. Sedangkan, lima penerbangan tertahan di darat, yaitu, GA203, ID7542, IW1814, QG103, dan IN274, serta penerbangan GA 694 dialihkan pendaratannya ke SUB (Juanda Surabaya) dan GA 202 dialihkan ke SOC (Adisoemarmo Solo).
Advertisement
Baca Juga
"Perlu dipastikan clear area terlebih dahulu, baru kemudian operasional penerbangan dapat kembali dijalankan," ujar Agus Pandu Purnama, General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Adisutjipto Yogyakarta, kemarin.
Ia menyebutkan upaya penanggulangan terhadap peningkatan populasi burung di kawasan itu dilakukan secara rutin, seperti kegiatan pengusiran burung oleh Birdstrike and Animal Hazard Team setiap pagi dan siang menjelang sore hari bersamaan dengan dilaksanakannya inspeksi landasan.
Selain itu juga ada penyemprotan rumput, pemotongan rumput di sepanjang runway strips, dan koordinasi himbauan peningkatan populasi burung dengan maskapai penerbangan.
"Sebagai langkah mitigasi, malam ini akan kami lakukan penyemprotan insektisida di area sumber sarang laron," ucapnya. Ia menambahkan, langkah ini untuk mencegah kawanan burung pemangsa laron kembali datang.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Tindakan Ekstrem di Bandara Amerika
Nyaris 70.000 burung dari berbagai jenis seperti camar, jalak dan lainnya di area New York City dibunuh dengan cara ditembak dan dijerat lewat perangkap.
Langkah ini dilakukan untuk "membersihkan" langit demi mencegah kecelakaan pesawat seperti yang terjadi pada tahun 2009 lalu di mana sebuah pesawat terpaksa mendarat di Sungai Hudson setelah sejumlah burung tersedot ke mesin kapal terbang itu.
Sejak saat itulah perburuan terhadap burung dilakukan. Meski demikian, tidak disebutkan apakah cara ini cukup efektif untuk membuat ruang udara menjadi lebih aman.
Seorang analis data federal dari Associated Press mengungkap hal mengejutkan. Setelah bertahun-tahun program perburuan burung di bandara LaGuardia dan Newark berlangsung, jumlah insiden akibat hewan itu cenderung meningkat.
Setidaknya terjadi 158 serangan per tahun selama lima tahun sebelum 2009. Namun enam tahun setelah program tersebut dilakukan, serangan meningkat menjadi 299 per tahun. Berkembang asumsi, ini mungkin terjadi karena orang-orang lebih rajin melaporkan serangan burung.
Di Bandara Kennedy, yang menjadi rute utama migrasi burung dan juga melaksanakan program pembantaian burung, jumlah serangan pun dilaporkan meningkat. Sementara itu, jumlah burung yang tewas sedikit menurun.
"Harus ada solusi jangka panjang yang tidak bergantung pada program pembantaian burung untuk menjaga langit kita tetap aman," ujar Jeffrey Kramer, anggota LSM GooseWatch yang menyarankan tersedianya sistem radar yang lebih baik untuk mendeteksi kawanan burung seperti dilansir The Guardian, Minggu, (15/1/2017).
Para pejabat yang terlibat dengan program perburuan burung menyakini langkah mereka berhasil membuat medan penerbangan lebih aman. Mereka berargumen belum ada insiden besar yang dipicu serangan burung di wilayah New York pasca-kecelakaan pada 2009 lalu.
"Kami melakukan yang terbaik untuk mengurangi risiko sebanyak mungkin," kata Laura Francoeur, kepala ahli biologi satwa liar di distrik pelabuhan (Port Authority) New York dan New Jersey yang mengawasi bandara.
Pada 15 Januari 2009, pesawat milik maskapai US Airways dengan nomor penerbangan 1549 berangkat dari LaGuardia di New York menuju Charlotte di North Carolina. Namun tak lama, burung besi itu menabrak kawanan angsa.
Akibatnya dua mesin pesawat tak berfungsi. Sang pilot, Chesley Sullenberger terpaksa mendaratkan pesawat di sungai Hudson. Beruntung, seluruh kru dan penumpang pesawat selamat.
Ketika Sullenberger menjadi pahlawan nasional, kawanan angsa justru menjadi perburuan di sekitar LaGuardia, JFK, dan Newark. Dalam sebuah kasus, burung-burung tersebut dikumpulkan dengan dijebak dalam perangkap sebelum akhirnya dibantai.
Data Port Authority menyebutkan pembantaian burung-burung kecil di sekitar bandara di New York City antara tahun 2009 hingga Oktober lalu telah mencapai ribuan jumlahnya. Dari nyaris 70.000 yang mati kebanyakan adalah burung camar 28.000, burung jalak Eropa 16.800, burung sai berkepala cokelat 6.000 dan burung merpati 4.500 ekor.
Jenis angsa Kanada disebut yang paling sedikit jumlahnya, yakni 1.830 ekor. Insiden pesawat dihantam burung terjadi setiap hari di New York, namun peristiwa tersebut tidak mengakibatkan kerusakan parah pada pesawat karena pada umumnya kecelakaan fatal dipicu oleh spesies burung yang lebih besar.
Advertisement