Liputan6.com, Karangasem - Erupsi Gunung Agung menyebabkan mengalirnya lahar dingin ke sejumlah permukiman warga yang berada di bawah kawah. Hal ini harus diwaspadai karena lahar tersebut membawa materi gunung yang berat.
Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho melalui akun Twitter-nya @Sutopo_BNPB mengimbau warga untuk mewaspadai terjadinya banjir lahar dingin di sekitar Gunung Agung. Pasalnya, dengan kondisi cuaca dengan intensitas hujan yang cukup tinggi, potensi banjir lahar dingin semakin besar.
Untuk itu, kata dia, tidak diperkenankan adanya aktivitas di sekitar sungai dan radius 8-10 kilometer dari kawah Gunung Agung.
Advertisement
Baca Juga
"Waspadai banjir lahar hujan (lahar dingin) di sekitar Gunung Agung. Banjir lahar hujan sudah terjadi di beberapa tempat di lereng Gunung Agung. Hujan akan meningkat. Jangan melakukan aktivitas di sekitar sungai. Radius 8-10 km harus kosong dari aktivitas masyarakat. #Bali," tulis Sutopo.
"Selain erupsi yang meningkat. Banjir lahar dingin juga akan meningkat karena hujan di sekitar Gunung Agung akam meningkat. Saat ini Bali sudah masuk musim penghujan. Waspadai banjir lahar hujan (banjir lahar dingin). Jangan beraktivitas di radius berbahaya dan sekitar sungai," dia menambahkan.
Sebagai informasi, lahar dingin merupakan lahar yang membawa materi besar sehingga kerusakan yang ditimbulkan juga sangat besar.
Jika terdapat curah hujan yang tinggi, aliran lahar dingin akan semakin cepat, dan menerjang seperti banjir bandang. Untuk mencegah meluapnya lahar dingin, lahar dingin dialirkan menuju sungai yang besar.
Akan tetapi, akibat adanya pengendapan, sungai menjadi dangkal. Akibatnya sungai tidak mampu menampung aliran lahar dingin. Lahar dingin mampu menghancurkan rumah penduduk karena materi batuan yang dibawa cukup besar.
Selain itu, akibat tercampur dengan air dan lumpur, lahar dingin yang membeku, menyebabkan terbentuknya timbunan lumpur yang besar.
Gunung Agung Berpotensi Alami Letusan Besar
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) kembali menaikkan status Gunung Agung dari level III (Siaga) ke level IV (Awas). Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG, I Gede Suantika, mengonfirmasi jika kenaikan status ini diberlakukan mulai pukul 06.00 Wita.
Radius bahaya pun berubah dari 6 kilometer menjadi 8 kilometer dengan zona perluasan dari 7,5 kilometer menjadi 10 kilometer ke arah utara-timur laut, tenggara-selatan, dan barat daya.
"Kami deklarasikan mulai pukul 06.00 Wita hari ini, Senin 27 November 2017 statusnya kita naikkan dari Siaga menjadi Awas," kata Gede di Pos Pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Senin (27/11/2017).
Dalam radius dan zona sektoral itu, Gede melanjutkan, ada 17 desa yang terdampak. Desa tersebut adalah Desa Ban, Dukuh, Baturinggit, Sukadana, Kubu, Tulamben, Datah, Nawakerti, Pidpid, Buanagiri, Bebandem, Jungutan, Duda Utara, Amerta Buana, Sebudi, Besakih, dan Pempatan.
"Warga di sekitar itu harus dikosongkan. Tidak boleh ada aktivitas apa pun dalam radius dan zona sektoral itu," ujarnya.
Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi penaikan status tersebut. Salah satunya adalah perubahan tipe letusan dari freatik ke magmatik yang ditandai dengan teramatinya sinar api pada 25 November 2017 pukul 21.00 Wita.
"Erupsi magmatik itu juga ditandai kepulan asap tebal dengan ketinggian 2.000 meter hingga 3.400 meter maksimal. Itu masih terus terjadi sampai sekarang," papar dia.
"Erupsi tingkat efusif dengan kepulan abu menerus dan kadang-kadang disertai dengan suara dentuman terdengar dari pos pemantauan yang berjarak 12 kilometer," ucap Gede.
Dengan begitu, kata Gede, PVMBG memprediksi kemungkinan letusan Gunung Agung yang lebih besar akan segera terjadi. "Kemungkinan letusan besar akan segera terjadi," dia menandaskan.
Advertisement