Liputan6.com, Solo - Hari besar umat Kristiani, Natal hampir tiba. Sebelum ibadah malam Natal, sudah ada beberapa anggota jemaat yang merayakannya. Salah satunya adalah para penyandang tunarungu yang tergabung dalam Eklesia Tunarungu Wicara Solo.
Puluhan anggota jemaat terdiri dari anak-anak dan dewasa berkumpul di Gereja Pengharapan Allah Solo, Rabu malam, 20 Desember 2017. Jemaat ini adalah para penyandang tunarungu dan tunawicara.
Advertisement
Baca Juga
Suara-suara nyanyian dengan alunan rancak menggema di gereja itu. Alunan rancak ini terdengar menyiratkan nada kegembiraan.
Di depan jemaat berdiri seorang pendeta. Di sampingnya, seorang penerjemah bahasa isyarat dengan energik untuk menerjemahkan lagu-lagu yang diperdengarkan.
Senyum mengembang di muka penerjemah ini. Senyuman ini seperti menjadi ajakan kepada para tunarungu untuk bersukacita bersama.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Menyanyi dengan Bahasa Isyarat
Walau suara nyanyian riang menggema, tetap saja para difabel ini tidak mendengarnya. Mereka merayakannya dalam kesunyian.
Meski demikian, raut muka wajahnya menunjukkan mereka sedang bergembira. Senyum kegemberiaan terlihat saat mereka mengikuti perayaan Natal dengan tema Jehovah Jireh ini.
Pendeta malam itu juga menyuruh tiga orang perwakilan jemaat tunarungu dan wicara untuk maju. Ketiga orang itu disuruh menyampaikan harapan dan keinginannya dalam perayaan Natal kali ini. Mereka pun semringah menyampaikan semua harapannya dengan bahasa isyarat.
Kegiatan perayaan Natal bagi jemaat tunarungu serta keluarganya itu diakhiri dengan bermain musik angklung. Semua peserta maju ke depan dan masing-masing jemaat membawa perangkat angklung.
Selanjutnya, dengan aba-aba menggunakan bahasa isyarat, mereka memainkan lagu rohani dengan irama musik angklung yang apik dan kompak.
Advertisement
Harapan Jemaat Tunarungu
Salah satu anggota jemaat tunarungu, Regina Tiara mengaku senang dengan adanya perayaan Natal yang berbeda pada tahun ini. Pasalnya, ia bersama dengan anggota jemaat tunarungu lainnya tak mengalami masalah karena khotbah pendeta diterjemahkan dengan bahasa isyarat oleh seorang penerjemah.
“Saya gembira sekali bisa merayakan natal dengan teman-teman di sin,” kata dia dengan menggunakan bahasa isyarat, Rabu malam, 20 Desember 2017.
Ketua Paguyuban Eklesia Orangtua Tuna Rungu Wicara, Joko Siwiyono mengatakan gereja tuna rungu ini dirintis pada bulan Agustus lalu. Hingga saat ini sudah ada 30 tunarungu wicara yang tergabung.
"Ini yang pertama di Solo. Kita ingin memberikan pendekatan kepada mereka ini dengan cara-cara bahasa isyarat, " ujar dia.
Jumlah Jemaat Tunarungu Bertambah
Setiap minggu perkumpulan ini menggelar kebaktian. Dibantu oleh dua penerjemah, perkumpulan ini diharapkan membantu difabel Kristiani untuk menghayati langsung firman Tuhan.
"Sebelum ada gereja tunarungu, mereka para difabel tunarungu ini hanya diajak dalam kebaktian umum. Jadi mereka ini tidak mengetahui langsung apa yang dimaksud dan disampaikan pendetanya," ungkapnya.
Ini menjadi Natal perdana bagi gereja tunarungu. Tema yang diambil adalah Jehovah Jireh yang artinya "Allah Menyediakan".
"Pesan Natalnya adalah bahwa Tuhan menyediakan (memberikan anugerah) kepada umatnya tanpa terkecuali, termasuk pada anak-anak difabel," jelasnya.
Advertisement