Liputan6.com, Palembang - Sungai Lematang yang merupakan salah satu ikon Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan (Sumsel) juga menjadi sumber penghidupan bagi warga sekitar. Sebagian penambang pasir dan batu Sungai Lematang.
Ahmad (40), warga Kabupaten Lahat yang tinggal di sekitaran Sungai Lematang, memilih profesi sebagai penambang pasir dan batu sungai untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
Derasnya arus sungai pun harus dihadapi untuk mengambil pasir dan batu koral di tengah-tengah sungai.
Advertisement
Baca Juga
Setiap hari, Ahmad harus berjuang berenang melawan arus sungai sebagai penambang bersama beberapa rekannya. Tak jarang, Ahmad sering terseret arus sungai yang deras sehingga mengancam nyawanya.
Profesi yang dilakoni sejak 20 tahun terakhir ini hanya bermodalkan ban bekas, kaleng dan tali tambang. Dengan begitu, Ahmad tidak perlu merogoh uang untuk menunjang pekerjaannya tersebut.
Agar bisa menampung pasir dan batu koral yang dikumpulkannya, lubang di tengah ban bekasnya ditutupi dengan triplek yang tebal.
Pagi hari di rasa sangat pas untuk memulai aktivitasnya. Ahmad langsung menceburkan diri ke sungai dan menyusuri hingga ke tengah sungai.
Ayah tiga anak ini lalu menyelam ke dasar sungai dengan membawa kaleng agar bisa mengeruk pasir di dasar sungai.
Untuk memenuhi volume ban bekasnya, penambang pasir ini harus beberapa kali menyelam ke dasar sungai. Setelah pasir yang dikumpulkannya suda banyak, Ahmad langsung berenang membawa bannya ke pinggir sungai.
Dia langsung memindahkan pasir tersebut ke mobil penadah pasir yang selalu ada di pinggir Sungai Lematang. Untuk satu bak mobil pikap yang terisi penuh pasir, Ahmad dibayar hanya sebesar Rp 100.000.
"Sekali menambang itu butuh waktu satu jam, untuk memenuhi isi ban. Jadi harus berkali-kali menambang ke tengah sungai, agar cukup untuk satu bak mobil pick up," katanya kepada Liputan6.com, Selasa, 27 Desember 2017.
Ahmad yang sudah menjalani profesi ini sejak masih lajang, sudah paham betul bagaimana kondisi Sungai Lematang. Sebagai penambang pasir kawakan, Ahmad sudah lihai mengeruk pasir hingga kedalaman dua meter di tengah Sungai Lematang.
Â
Melawan Arus Sungai
Selain pasir, Ahmad juga mengumpulkan batu koral di bibir sungai hingga ke dalam sungai. Harga jual ke penadah pun sama dengan harga pasir, yaitu Rp 100.000.
Harganya bisa lebih tinggi jika batu koral dipecahkan menjadi kecil sebelum dijual ke pengepul.
Namun untuk mengumpulkan batu koral, tidak semudah menambang pasir. Beban batu yang berat menyulitkannya untuk mengumpulkannya dalam waktu singkat.
"Kalau satu jam bisa penuh pasir saat menambang, kalau batu koral hanya setengahnya saja. Jadi, cuma dapat Rp 50.000 untuk batu koral dalam sehari," ujarnya.
Saat musim penghujan di akhir tahun ini, Ahmad tidak bisa leluasa berenang di tengah sungai. Karena arusnya yang agak deras, dirinya hanya bisa mengumpulkan pasir saja.
Jika memang arus Sungai Lematang cukup berbahaya, Ahmad beralih profesi sebagai penyadap karet di kebun milik warga sekitar.
Lain halnya dengan Nato (40), warga Kabupaten Lahat ini lebih tertarik menjadi penambang batu koral. Menurutnya, mengumpulkan batu koral lebih mudah dibandingkan pengeruk pasir di tengah sungai.
"Batu koral berada di atas pasir, jadi lebih mudah meraihnya walaupun berat. Kalau mengeruk pasir, harus menyelam lebih dalam lagi," ujarnya.
Usai berjuang sebagai penambang pasir dan batu koral, Ahmad dan Nato sering menghabiskan sore hari dengan memancing ikan. Jika hasil pancingannya banyak, mereka bisa menjualnya ke warga sekitar.
Namun jika hanya beberapa ekor ikan sungai saja, mereka akan membawa pulang untuk santapan lauk bersama keluarganya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement